Profil

Jumat, 20 Desember 2013

Sakura


Bikinan si jediiiiiiiiing >,< wkwkwk*
Ini dia bikin ini waktu naik gunung.... apa deh? Gede atau Pangrango?
Yaaa pokonya itulah hahaha ;p


***

Paving Blok 2

Meja yang sama.

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar. Ada puntung rokok di atas tegel kusam, masih berasap. Ada cangkir bekas kopi di dekat jendela, ampasnya memenuhi mulut cangkir yang menguning. Ada petak-petak alas di dekatnya, seperti tatami.

Meja yang sama, di antara tumpukan buku yang tak kusentuh sama sekali. Aku bisa lihat macam-macam sepi di sini. Tanda dilarang parkir itu juga sendirian, tiangnya semakin berkarat. Kacamataku tergeletak di atas meja kayu, tak kupakai. Entahlah, aku mau lihat apa toh tak ada yang kukenal di sini.

Sunyi, semua orang bergumam sendiri-sendiri. Aku juga hanya bisa menulis sambil sesekali melihat paving blok di luar.


Meditria, 2013. Presiden datang ke kampusku, tapi rasanya tetap saja sepi.


Bakuman


*your love !! *haha :3

Rabu, 18 Desember 2013

Tiga Catatan Terakhir

1.
di dalam sebuah pejam
aku saksikan sepasang mataku
menghamburkan jutaan
kunang-kunang. Kuning
seperti daun lerai dari ranting.

kunang-kunang itu berkerumun di ujung-ujung
jari tanganku menyematkan ciuman terakhir
sebelum terbang berkilau-kilauan di udara.

kunang-kunang itu melanglang mencari sepasang
matamu yang berada dalam sebuah pejam yang lain
pejam yang telah lama direncanakan alam dan malam.

dan engkau menyangka kunang-kunang
yang masuk ke matamu adalah mimpi,
mimpi yang engkau duga-duga maknanya.

namun pada saatnya engkau akan tahu,
kelak kunang-kunang itu terbang
hinggap di kelopak pipimu
setiap kali aku engkau kenang.

2.
tiba-tiba mampu aku pahami
seluruh yang pernah datang
bertandang ke dua mataku
bahkan yang aku duga mimpi.

tiba-tiba aku jatuh cinta
melebihi seluruh jatuh cinta
yang pernah menyakiti dadaku. namun

ketika ingin aku katakan pada telingamu
aku tak lagi memiliki suara,
ketika ingin aku katakan pada matamu
aku tak lagi memiliki cahaya.

3.
melalui lubang pepori kulitku, air resap perlahan
membentuk sungai-sungai kecil di tubuhku.

sungai itu mencari rongga dadaku
mencari lautan yang pernah dipenuhi
ribuan ikan mungil peliharaanmu.

sesaat sebelum mataku dikatup
dan peti matiku ditutup,
sungai-sungai itu meluap,
menguap ke langit lapang,
langit yang selalu engkau pandang
sambil menggigit bibir sendiri
dengan mata bergenang-linang.
sebab engkau tak mau lebih manja
dari langit di bulan-bulan hujan.

tetapi tidak. kelak langit dan dirimu
sendiri akan memaafkan semua
kesedihan yang engkau ciptakan
dari kematianku.


Aan Mansyur, 2011.

Iya, beluuuum ;3

Tidak ada keluarga yang sempurna. Hanya keluarga itu sendiri yang tahu bagaimana caranya menyempurnakan. Mungkin keluargaku hanya belum berhasil :)

 

Selasa, 17 Desember 2013

Kata Ibu

"Tuhan.

Apa yang akan terjadi dengan esok hariku?"


Apapun itu Ibu, percaya pada hatimu, percaya pada Tuhanmu.



Meditria, 2013. "..."

Doa Ayah

"Tuhan, Tuhanku.

Apakah benar ia adalah jodohku, istriku ini?
Jika ya, maka selamatkanlah aku dari rasa lelah ini.
Lindungilah aku dari prasangka buruk.
Karena sesungguhnya aku telah teramat bersedih dengan semua ini.

Tapi, Tuhan.
Aku tetap bersyukur kepada-Mu karena telah memberiku istri dengan rahim yang bagus.
Sehingga ia dapat melahirkan anak-anak yang sempurna untukku.

Aamin."



Nah, tidak ada alasan untukku untuk tidak menangis bukan?



Meditria, 2013. Aamin :'

Minggu, 15 Desember 2013

Paving Blok

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar.

Lalu, ada pohon-pohon yang aku tidak tahu namanya, pot bunga yang berjajar di sepanjang pagar besi. Ada banyak anthurium, sepanjang paving blok. Ada tanda dilarang parkir, tiangnya berkarat.

Matahari sedang redup, kaca jendela ini juga sudah buram rupanya. Banyak debu, juga laba-laba kecil. Tapi dari sini aku masih bisa lihat kendaraan yang sesekali melintas, di luar. Hanya sesekali, ah sekarang bahkan tidak ada sama sekali.

Ruangan ini dipenuhi gerutuan. Semua orang bergumam, perempuan di depanku juga. Ia mengeja tulisan dari layar laptopnya. Semua lampu menyala, tapi redup rasanya. Iya, hujan mungkin akan turun satu jam dari sekarang. Atau bisa lebih cepat.

Gedung-gedung di seberang jendela terlihat kosong. Mungkin sedang tutup. Sepi. Ah, ada seseorang melintas naik sepeda. Juga dua orang yang berjalan berdampingan, mereka berjalan terburu-buru.

Sepi lagi.

Buku-buku terlihat banyak sekali. Disusun dengan rapi, tak ada yang kusentuh. Sekarang aku hanya menatap layar laptop dengan kursor yang berkedip-kedip. Kemudian menghela nafas.

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar. Sepi.


Meditria, 2013. Umh?


Rabu, 11 Desember 2013

Hahaha Benar.

Bagaimana rasanya?

Apa?

Saat ia mengkhawatirkan masa lalunya.

Sakit.

Mengapa?

Karena itu hanya masa lalu. Untuk apa terus dicari?

Kamu juga mencarinya.

Hm... Yah. Aku mencari apa yang sebenarnya ia cari.

Mengapa?

Seharusnya aku yang bertanya.

Maksudmu?

Mengapa, ia begitu merasa betanggung jawab atas tindakannya?

Ia hanya khawatir.

Ia hanya khawatir.

Ah benar, terdengar menyebalkan.

Nah!

Apa yang kamu pikirkan?

Mengapa wanita itu begitu istimewa?

Ah?

Hyah, ia begitu mudahnya mendapatkan sebuah perhatian. Setiap waktu.

Kamu cemburu?

Tentu saja!

Kamu marah?

Saat mengetahuinya? Ya.

Lalu?

Sekarang aku percaya padanya.

Kamu yakin?

Aku belajar.

Kamu mencintainya, ya?

Aku akan mengatakannya terus. Ya, aku mencintainya.

Saat ini kamu marah padanya?

Tidak, aku merindukannya. Aku tidak ingin lagi bertengkar dengannya.

Mengapa kita membicarakan soal cinta melulu.

Kamu yang mulai.

Hahaha benar.

Hahaha benar.

Di luar juga hujan. Mau apa?



Meditria, 2013. Iya masih hujan >,<"

Rindu

Terkadang kita merasa terlalu lelah untuk mencari. Kita juga ingin ditemukan. Kamu mencariku?
Kemudian...


menemukanku?


Ya, ya, ya, aku disini, tidak pergi ke mana pun.... masih merindukanmu Y


Meditria, 11-12-13. Ini tanggal bagus, baru sadar :3

Masa Lalu

Suatu hari, kamu saksikan bahwa dunia menghimpitmu di satu titik. Kemudian kamu baru menyadari bahwa masa lalu tidak pernah berubah berapa kali pun kamu kembali ke sana, mereka tidak pernah berubah.

Kadang-kadang kita merasa haru oleh suatu hal kecil. Merasa terluka oleh masa lalu orang lain, pernah? Masa lalu itu... mengapa sebegitu berpengaruh dalam hidup? Kamu merasa kebingungan, dunia semakin menghimpitmu. Di luar juga hujan, mau ke mana?

Pergi ke masa lalu? Untuk menemukan apa lagi? Tidak ada yang baru di sana, semuanya usang. Semuanya bagian dari kenangan. Lalu apa yang kamu cari dari masa lalu, terlebih.... itu bukan masa lalumu? Lucu sekali, kamu itu. Mencari luka yang kamu buat sendiri.

Membandingkan? Lalu apa?
Tapi tunggu, terkadang kita memang berlaku seperti itu. Itu hiperbola? Bukan, itu cinta! Kita mencari-cari semua yang bisa kita temukan di masa lalu. Bukan masa lalu milik sendiri, tapi milik orang lain. Kemudian kita menerka-nerka apa yang terjadi dengan kita di waktu yang sama. Seringnya, kita terluka saat menemukan kenyataan bahwa seseorang itu sangat bahagia di masa lalu, sebelum kita ditemukan :)

Itu hanya perasaan. Iya, bagian dari hiperbola. Bukan, maksudku bagian dari cinta. Tapi rasa sakit itu kita nikmati, bukan? Seperti kamu saat ini. Bagaimana rasanya? Perih yang indah dalam rasa sakit. Lalu, mau sampai kapan?

Apa yang kamu cari, sebenarnya. Rindumu belum tumbuh saat itu. Ia juga masih bersama orang lain. Meniru? Apa? Hidup mereka? Bagaimana mereka tertawa, berpikir, bercanda, bernafas... dan merindu. Ini titik yang perih. Tapi semua itu kamu yang ciptakan sendiri. Karena masa lalu selalu hadir lebih dulu, dan kamu mencoba kembali ke sana? Salah. Seharusnya bukan begitu.

Terkadang cinta membuat kita menjadi yang paling tidak tahu apa-apa, benar? Semakin banyak mencari... kamu semakin tidak mengetahui. Kemudian ada perasaan ingin mengenal lebih lagi. Perasaan itu, bercampur dengan ego yang menyatakan bahwa 'aku akan jadi yang paling mengenalnya dari siapa pun'.

Lucu sekali. Kamu terus mencari dan terluka. Terus berulang sampai kamu bisa berpikir waras. Tapi cinta terkadang tidak membiarkan kita berpikir secara sehat, akui saja. Kenapa ya?

Iya, kamu selalu merasa kalah oleh masa lalu. Entahlah, kamu juga tidak begitu memahami, kan? Yang jelas, masa lalunya membuatmu berpikir bagaimana menjadi yang lebih. Seharusnya tidak, bukan begitu. Mengalir sajalah, kamu. Untuk apa mencari terus...

Tidak. Kamu tidak mencari sebuah kesalahan. Iya, aku mengetahui, kamu tidak seperti itu. Keadaan seperti ini... terus kamu nikmati, ya?

"Ya."

Itu bagian dari cinta?

"Itu bagian dari cinta."

Kamu menikmatinya?

"Aku menikmatinya."

Kamu begitu mencintainya?

"Lebih dari yang kamu sangkakan."

Jadi, bagaimana menjelaskan semua ini? Cinta membuatmu terlalu ingin tahu, membuatmu terlalu perasa. Sesuatu yang ia lakukan menentukan apa yang kamu rasakan. Bagaimanapun, kamu selalu memaafkan masa lalunya, bukan? Sumber perih-perihmu itu.

"Tentu saja."

Jadi untuk apa kamu kembali lagi ke sana? Tidak akan ada yang berubah.

"Tapi, di luar juga hujan. Mau ke mana?"



Meditria, 2013. Hujannya sudah berhenti, sebenarnya :)

Minggu, 03 November 2013

Nah?

Membaca puisi karya-karya Afrizal Malna, Kurnia Effendi, atau Aan Mansyur, sebagaimana kita membaca para pendahulunya seperti Sapardi Djoko Damono atau bahkan Chairil Anwar, rasanya tak cukup sekali saja. Karya-karya besar yang tercipta terkadang mengundang segudang tanya―seperti terdapat rahasia dalam tulisan-tulisan mereka yang ingin diketahui dan disembunyikan dalam satu waktu. Apakah semakin tidak dimengertinya suatu karya puisi akan menambah nilai plus dari puisi tersebut? Bagaimanakah puisi seharusnya dibuat?

Menulis puisi―dengan niat atau sekedar mengisi kekosongan pada halaman belakang buku tulis, memang dapat dilakukan siapa saja. Puisi hadir dalam setiap rentang kehidupan manusia. Bebas untuk siapa pun. Untuk alasan apa pun. Bahkan puisi pada era sekarang ini tidak terlalu terikat oleh suatu bentuk atau rima. Dapat ditulis dengan gaya kontemporer atau prosa sekalipun. Puisi adalah apa yang dimaksudkan oleh si penulis sebagai puisi. Nah!

***

Meditria, 2013. Iseng.

Senin, 21 Oktober 2013

Tegami: Daijoubu?

Nee Syaoran, daijoubu desuka? Anata no koto omoidashite wa hiton naite ta no--

chikuso !!

Sial. Aku pernah bilang kalau perasaan itu tidak pernah benar-benar ada wujudnya, tapi begitu sesak saat terasa ada yang tidak baik-baik saja...

Aku ingin mengatakan banyak hal, sebenarnya. Tapi tersangkut di tenggorokanku. Kalaupun aku teriakkan, hanya akan menguap begitu saja. Karna aku memang tidak sanggup untuk bilang. Aku akan menangis. Aku takut jika kamu terus melihatku menangis, kamu akan merasa begitu bersalah dan menyalahkan hubungan ini. Hontou ni kowaii.

Selama ini aku selalu bersabar dalam diamku. Tidak ingin membicarakan, tidak ingin menyinggung apa pun, tentang sesuatu yang kamu pasti ketahui. Karena aku terlalu takut untuk membicarakannya. Terlalu takut untuk mendengar setiap alasan, setiap akibat, dan setiap detail kejadian. Aku terlalu takut untuk mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.

Jadi, Syaoran. Aku memilih untuk menjadi perempuan baik-baik. Dalam artian begini, aku belajar untuk tidak menuntut, untuk tidak terlalu banyak meminta. Tidak ingin menyusahkan, tidak terlalu banyak meengeluh--meski tidak sepenuhnya berhasil. Haha. Aku ingin belajar menjadi perempuan yang benar-benar kamu inginkan karena--aku benci mengakui ini, aku tidak punya apa pun, sebenarnya, untuk menjadi perempuan yang kamu perjuangkan.

Perasaan-perasaan itu membuatku menjadi berlebihan. Terlalu takut. Terlalu takut, Syaoran. Hei... Bagaimana menjelaskan semua ini... Apakah cinta memang selalu diselingi oleh rasa sesak? Ah, rasanya aku ingin pergi dengan mesin waktu ke masa depan. Untuk sekedar mengetahui bagaimana akhirnya. Dan jika akhirnya tidaklah sesuai, aku akan mencoba merubahnya dan lebih berusaha dari sekarang. Aku ingin menjadi egois dalam hal ini.

Pesimis. Benarkah? Aku tidak menyangkal bahwa aku terkadang merasa pesimis. Aku hanya tidak ingin menjadi lemah di hadapan kamu. Aku benci saat-saat di mana rasa menyerah menguasaiku. Tapi aku lebih kecewa saat kamu juga merasa bahwa aku memang menyerah. Terlihat seperti kamu tidak sepenuhnya percaya pada rasa yang aku punya buatmu. Karena aku memang tidak akan menyerah dan menyerahkan, ingat?

Aaak, sebenarnya: I just wanna tell the world that you're mine! Karena terkadang rasanya begitu sesak mengetahui bahwa aku bukan satu-satunya yang mencintai kamu. Tapi bisa aku pastikan aku punya rasa yang jauh lebih besar. Jadi aku akan bersabar dalam diamku. Mereka hanya tidak mengetahui tentang perasaan yang kita punya, tentang udara yang kita hembuskan bersama, tentang rindu-rindu yang kita titipkan dalam setiap doa, tentang segala sesuatu yang kita lakukan, sensasi yang tak terjelaskan. Mereka pasti akan cemburu saat mengetahuinya, bukan? :')

Aku ingin kamu meyakini, Syaoran. Aku akan merasa sangat senang jika kamu juga tidak menyerah, atau sekedar berniat untuk berjuang. Jika cinta ini berhasil, aku bilang, kita akan berhasil, kemudian semua orang akan mengatakan bahwa kisah ini memang luar biasa :)

Aku ingin dunia tau bahwa aku mencintai kamu melebihi cintaku pada diri sendiri...


Sakura, 2013. Pilih angka dari 1 sampai 10, aku akan menebaknya :)

Kamis, 17 Oktober 2013

14 Oktober 2013

Untuk setiap lisan dan kata-kata...

Sudah genap 20 tahun. Artinya satu tahun lebih tua dari saat ibuku dinikahi ayahku. Atau satu tahun lebih muda dari usia pernikahan mereka...

Hari senin menjelang idul adha. Rasanya aku ingin bilang: YEAAAYYYYY!! Thanks God it’s birthday! :) Seperti tahun-tahun sebelumnya, selalu luar biasa.

Untuk keluargaku yang istimewa, Ibu Ayah dan Adik adik yang super.  Tentang ucapannya, doanya, cintanya, terima kasih.

Untuk Syaoran, manusia setengah alay. Tentang semua kejadian yang tak terhindari, tentang film-film yang tertawa dan ditertawakan, tentang percakapan nostalgia, tentang barter, kenikmatan menjadi se(dua)orang alay, tangan matahari, dan satu hari yang luar biasa, terima kasih.

Untuk teman, kawan, sahabat, rekan, rekannya rekan, musuhnya rekan, rekannya musuh. Tentang doa-doa yang bertebaran,  tentang semangat dan percakapan sederhana, terima kasih.

Untuk teman seperkulineran, yang tidak memaksa untuk traktiran. Tentang kue tanpa lilin, foto-foto setengah blur, take away and trash away, terima kasih.

Untuk Tuhanku, yang selalu mengingatkan aku bahwa aku tumbuh di antara orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku. Tentang hari ini, tentang cinta, anugerah, dan kesempatannya, terima kasih.

Untuk setiap lisan dan kata-kata... aku bersyukur atas kesempatan ini :)



Meditria, 23.58 pm.
penguhujung hari ulang tahun. Aw aw aw awesome! :)


Senin, 07 Oktober 2013

Tegami: Kowaii :')

aku mencintainya sebanyak aku memikirkannya. aku menyayanginya sebesar aku mengkhawatirkannya. kemudian, perasaan takut macam apa ini? ia yang kucari berada di sini dan tak kemana-mana. kemudian, kenapa masih saja menangis?

Konbanwa, Syaoran. Isogashiiiii? :)


Ini suratku yang ketiga buatmu. Mungkin sulit untuk dimengerti seperti surat pertamaku. Aku jugaa... tidak begitu mengerti perasaan macam apa ini. Seperti sesuatu yang menggerogoti, berjejalan di dalam sini. Di sini.

Perasaan ini datang setiap kali aku sendiri. Aku rindu, iya. Aku cinta, iya. Kemudian perasaan macam apa yang terasa ini? Ini bagian dari rindu, dari cinta? Mungkin saja. Tentu saja? Ini perasaan takut kehilangan. Aku benar-benar takut kehilangan.

Aku rindu, iya. Aku cinta, iya. Aku takut kehilangan, benar.

―aaaa, rindu rindu rindu.


Sakura, 2013. Wakaru desho? :'

Crazier

I'd never go with the wind, just let it flow
Let it take me where it wants to go
'Til you open the door, there's so much more
I'd never seen it before

I was trying to fly but I couldn't find a wings
But you came along and you changed everything

I've watched from a distance as you made life your own
Every sky was your own kind of blue
And I wanted to know how that would feel
And you made it so real

You showed me something that I couldn't see
You opened my eyes and you made me believe

You lift my feet off the ground, you spin me around
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling and I am lost in your eyes
You make me crazier, crazier, crazier

Baby you showed me what living is for
I don't wanna hide anymore....


***




Jumat, 20 September 2013

Udara



Udara yang kuhirup dan lepaskan, kuhirup dan lepaskan...

Hadir selama 24 jam tanpa pamrih, membersihkan setiap saluran. Membantuku mengingat segalanya dalam sesaat dan kemudian kulepaskan dengan segera. Mereka menjauh, mencari saluran lain untuk kemudian menampung segala ingatan lain.

Udara seringkali terasa manis, bau pasar malam dengan gula-gula kapas merah muda. Terkadang terasa dingin, terasa seperti hujan yang mengguyur paru-parumu. Udara membawa ingatan-ingatan yang singgah sebentar saja. Ada bau rumput sehabis dipangkas, bau perjalanan, bau denting piano teman sekelas saat SMP dulu, bau gang sempit menuju rumah, bau sawah, bau saat anak-anak kecil berlarian mengejar layangan putus,  bau angin saat musim panen ubi tiba, bau senja, bau cangkir kopi pertama di pagi hari, atau bau saat semua lampu di belahan bumi malam menyala. Aku menyukai lampu-lampu yang aku lihat dari jauh. Karena setiap lampu mewakili sebuah rumah yang hangat. Rumah yang berisik dan terasa penuh, saat semua orang di rumah berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam atau sekedar bercerita. Saat-saat yang tidak pernah ada di rumahku.

Udara membawa ingatan dan pergi setelahnya, untuk kemudian kuhirup kembali dengan ingatan yang sama... atau ingatan lain yang terasa sama... Baunya membuatku seperti kembali ke masa lalu. Seperti merasakan kembali bagaimana angin saat menyentuh pipiku yang dingin, atau bagaimana aroma kapas yang manis memenuhi ruang-ruang di dadaku.

Aku rindu...

Meditria, 2013. Sekarang baunya terasa seperti... kamu?

Gambarnya dari sini :)


Kuarsa

16092013.
Dear Sakura...

Aku sedang suntuk malam ini. Hujan baru saja berhenti, baunya telah hilang begitu saja. Meski udaranya masih sedingin sore tadi.

Aku ada kelas pagi tadi, hanya sekitar 100 menit saja. Aku juga tidak begitu mencerna materi kuliah, satu-satunya yang aku ingat adalah “Angka Partisipasi Kasar”, yang juga tidak kuketahui apa maksdunya. Hahaha...

Pagi itu aku bertemu dengannya, saat kelas usai. Aku tidak akan mengetahui keberadaannya jika temanku tidak menunjukkannya padaku. Luar biasa efeknya, detak jantungku masih benar-benar berdetak lebih cepat meski itu adalah perjumpaan yang kesekian kalinya. Ia tersenyum, aku melambaikan tanganku. Ia datang, dengan kemeja yang belum disetrika. Oh tapi ia sudah mandi, syukurlah. Ahaha...Nah,  itu perjumpaan yang kesekian kalinya :)

Pertama kali aku melihatnya, dulu. Di kelas tingkat pertama. Aku hanya mengetahui namanya, sudah. Cukup. Itu saja. Oh ya dan juga akun Facebooknya. Hahaha... Aku ingat Profil Picture-nya waktu itu. Mhihihih...

Selanjutnya kami sering bertemu, di kelas. Tapi hanya sebatas tahu. Dia adalah dia. Aku adalah aku. Kami tidak pernah berbicara. Bahkan tidak ada alasan untuk menyapa. Tidak cocok untuk disebut teman sekelas, yah? Pfffttt~

Mungkin memang tidak ada yang namanya kebetulan. Mungkin memang jalannya sudah harus begitu. Aku mendapat pesan singkat darinya, saat baru bangun dari tidur siang, atau sore? Aku lupa. Tapi aku ingat dia mengirimkan pesan singkat untuk mengajakku bermain teater. Dengan embel-embel olok-olok yang biasa ia lakukan. Hahaha... Kami memang sudah lumayan dekat, waktu itu. Lumayan, tidak lebih.

Selanjutnya kami banyak terlibat bersama dalam beberapa kegiatan. Musik, teater, olah raga, dan sebagainya, dan lupa lagi. Ahahah...  Dan Sakura, kamu juga pasti mengetahui apa yang terjadi. Ya, aku menyukainya :)

Aku begitu menyukainya sampai aku mengetahui bahwa ia bersama seseorang. Cantik, pintar, baik hati, ekspresif, enerjik, dan sebagainya dan segalanya. Jadi aku taruh rasa yang aku punya di dasar-dasar-dasar-dasar-dasar palung. Di tempat entah berantah agar aku tidak dapat lagi menemukan rasa itu. Karena aku juga bersama seseorang. Dia adalah dia. Aku adalah aku. Cukup, cerita itu sampai di sini saja.

Kamu tahu, Sakura? Dasar palung dan tempat entah berantah itu terlalu dangkal, hingga rasa yang pernah aku coba kubur naik kambali ke permukaan. Dan rasa itu membuat jantungku selalu berdetak lebih cepat bahkan saat aku hanya mendengar seseorang menyebutkan namanya. Luar biasa bukan?

Jebakan. Apa benar itu jebakan? Hingga kami benar-benar merasa terjebak dalam rasa yang salah. Apa itu salah? Bagaimana seharusnya? Bagian mana yang terasa kurang benar? Waktu? Tempat? Aku pernah mencoba untuk mengubur kembali rasa yang aku punya, tapi ternyata hatiku memang tidak memiliki dasar-dasar-dasar-dasar palung. Sehingga akan tetap muat jika aku jejalkan sekian rindu untuknya, sekian kenangan tentangnya, percakapan, dialog-dialog sunyi, pesan-pesan singkat, senyuman, irama-irama yang ia 
buat bersama gitar kesayangannya, yang ia gantung di leher menggunakan tali sepatu. Hmmppp :)

Aku menyayanginya. Sebuah kesimpulan yang baru kusadari setelah dia pergi. Dia tidak pergi dari semua orang, hanya dariku. Dia adalah dia. Aku adalah aku. Tapi sekali lagi, hatiku tidak memiliki dasar palung, ingat? :)

Keras kepala? Ya memang sangat keras. Sekuat apapun teman-temanku berkata padaku: “itu jelas salah” atau “lupakan”. Aku tuli, aku benar-benar tuli. Tidak ada yang lebih menyiksa dari kenyataan bahwa ia tidak pernah lagi bicara dengaku, bahkan bertemu denganku. Perjumpaan kami terhenti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hingga aku menemukannya lagi. Dan benar, rasa itu lebih mengenal permukaan dari pada tempat entah berantah. Naik, naik, naik. Besar, besar, besar. Luas, luas, luas. Atau harus kugunakan kata apa lagi untuk menggambarkan sebuah perasaan yang terus berkembang? :’)

Aku menyayanginya. Bahkan sebelum aku benar-benar mengenalnya. Ia seperti kuarsa. Ahaha bahkan aku tidak mengetahui kuarsa itu seperti apa. Hanya saja, rasanya menyenangkan menyamakan dirinya dengan sesuatu yang luar biasa. Brilliant.

Perjumpaan kami berlanjut, Sakura. Ia sungguh orang yang luar biasa. Ia bisa menghabiskan dua porsi makan orang biasa, tidak pernah pilih-pilih lauk. Dia suka makan apa saja. Oh ya kecuali ini: kue satu. Hahahah... aku ingat bagaimana dia menceritakan deritanya saat memakan kue satu. Ppffft ;p

Dia menyukai sweater belang-belangnya. Yang akhir-akhir ini jarang dipakai. Mungkin sedang dicuci dan belum kering. Wkwk... Dia punya tahi lalat di wajahnya, jumlahnya dua belas. Atau sudah bertambah? Ahahah... Hidungnya mancung, agak bengkok sedikit. Sangat berbeda dengan hidungku yang *skip* -,-“

Sakura, dia pandai bernyanyi. Aku pernah mendengar rekaman suaranya semalam suntuk. Mendengar suaranya terasa menyenangkan. Dia pernah membuatkanku sebuah lagu. Dia bernyanyi. Untukku. Untukku. Untukku. Benar-benar brilliant!! *touched*

Daan, dia pandai menggambar, juga desain grafis *mhihihih. Dia juga imam yang baik. Aku ingat surat pendek yang paling sering ia gunakan adalah surat Ad-Dhuha :) Dia menyukai anak-anak, sepertinya *hahaha* Aku juga menyukai anak-anak. Dia tahu aku sangat ingin punya Taman Kanak-Kanak yang namanya belum terpikirkan *wkwkwk

Setiap hari ia bisa menghabiskan banyak air untuk diminum. Mungkin karena dia sering terjaga semalaman untuk latihan akustik, atau menonton anime, atau main game -,-“

Dia menyukai warna merah muda, lucu. Aku ingat buletin kelas tingkat pertama yang ia desain juga berwarna merah muda. Mhihihi... Ia juga menyukai kelinci, dan aku secara tidak langsung mengajaknya untuk juga menyukai kura-kura. Ahahah...

Ia suka melamun saat mengendarai motornya. “Aku pernah tertidur sepanjang sepuluh meter selama sekian detik saat berkendara,” katanya. Dan aku tertawa. Shiro, handphone-nya, juga pernah jatuh saat ia sedang menyetir. Jadi aku melarangnya untuk menggunakan handphone saat sedang menyetir. Ahahaha

Kusadari sekarang dia lebih tinggi beberapa sentimeter dibandingkan dulu. Aku menyadarinya saat ia mengantarku ke stasiun. Ia memarkirkan motornya, kemudian berdiri, menghampiri ayahku, dan bersalaman. Sooooooooo memorable :)

Rambutnya pendek, sekarang. Tapi dia lebih suka memanjangkan rambutnya. Yasudah -_____- Aku jadi ingat waktu dia main perkusi. Mhihihih... Dia freak, partner yang sangat tepat untuk berimajinasi, tidak takut menjadi terlihat aneh, tidak sungkan untuk menjadi diri sendiri. Itu menyenangkan. Kami bisa menghabiskan banyak waktu untuk sekedar membicarakan sesuatu yang aneh, atau melakukan hal yang aneh. Aaaayayayaaaay~ *lagu kebangsaan*

HAHAHA! :)

Dia hampir tidak pernah terlihat marah. Luar biasa sabar. Seharusnya aku bisa lebih tahu diri untuk tidak menjadi perempuan menyebalkan. Untuk tidak terlalu banyak mengeluh. Untuk lebih menghargai usahanya. Untuk berusaha menyamakan kapasitas dengannya :”

Sakura, aku bertemu dengannya pagi tadi, saat kelas Pengantar Agroekologi selesai. Dan rasanya masih sama, bahkan naik naik naik, besar besar besar, luas luas luas. Aku menyayanginya. Bukan karena dia seperti kuarsa, atau karena dia begitu segalanya.

Dia bukanlah dia. Aku bukanlah aku. Kami.


Dramaga, 09.21 PM.
Meditria, 2013. Brilliant...? :)


Senin, 09 September 2013

Semuanya :)

Berapa banyak rindu yang kau izinkan datang hari ini? Satu, dua, tiga, atau banyak? Sayang, aku punya semuanya :)

Senin, 02 September 2013

Tegami: Nandemonai

Hai, Syaoran. Hisashiburi :)

Rasanya ganjil membicarakan ini. Tapi aku benar-benar sedang merasakan sesuatu. Dan itu aneh. Sesuatu menyelinap di hatiku dan meremasnya tanpa ampun. Menciptakan keluhan-keluhan di mulutku, dan kebodohan-kebodohan di pikiranku,

aku cemburu.


Sakura, 2013. Doushiyo?

Rabu, 21 Agustus 2013

Tegami: Taman

Nee, Syaoran. Sakura desu. Genki desuka?

Aku ingin mengatakan satu hal. Ahahah bodoh, banyak hal maksudku. Tidak, tidak, satu hal yang pada akhirnya akan mengungkapkan banyak hal. Tidak apa kan? Toh sudah lama sekali tidak bercerita panjang lebar.

Nee, Syaoran.
Dulu sekali aku punya sebuah taman dalam lipatan kepalaku. Duluuuuuu sekali. Rasanya sudah lama aku tidak pergi ke sana. Mhihihi, aku hanya akan berbagi taman itu dengan seseorang yang aku percayai. Mungkin aku sudah gila? Mungkin saja ;p

Dalam taman itu, Syaoran. Ada tempat-tempat dan sudut-sudut yang khusus dibuat oleh arsitek sebagai tempat untuk menyendiri. Atau berbagi dalam kesendirian. Pernah mendengar sesuatu seperti ini?: “Kau sedang ingin sendiri? Aku juga sedang ingin menyendiri. Jadi, mengapa tidak kita lakukan bersama?” Ahahaha aku tau kamu tidak akan mengerti. Dan kamu pasti tau arsitek dari taman itu tentu saja aku. Ahahaha *senyum*

Syaoran, di taman itu ada beberapa buah bangku omong kosong yang berderet sepanjang jalan paving blok. Ada lampu-lampu tua yang berjajar di sisi lainnya, mereka akan menyala selepas pukul 17.30 tepat. Bangku-bangku itu, Syaoran, telah banyak tergores oleh kuku-kuku tangan yang putus asa. Ada banyak juga guratan-guratan sepi yang tertinggal di sana. Tidak semua lampu menyala, ada beberapa yang padam karena rusak. Ada pula yang pecah, bekas terpukul sesuatu. Dan Syaoran, hanya aku yang tinggal di taman ini. Jadi kamu pasti mengerti maksudku :)

Ada sebuah bangku yang paling sering aku datangi. Letaknya paling dekat dengan jembatan. Dari situ aku bisa menatap lurus bunga-bunga teratai yang tumbuh. Air kolamnya setengah keruh dan tidak bergerak. Aku tidak pernah mengetahui bagaimana dasarnya. Mungkin ada ikan-ikan kecil yang hidup di sana. Mungkin juga ada arus deras yang tak kelihatan. Aku tidak pernah tahu, aku hanya penikmat permukaannya yang begitu teduh. Sesekali aku melemparkan batu-batu kecil ke tengah-tengah permukaan. Merusak daunan teratai hingga aku puas melakukan itu. Kamu tahu aku bisa melakukan apa saja di sini.

Di setiap sisi dari taman ini banyak ditumbuhi oleh pohon maple. Aku sangat suka saat musim gugur tiba, taman ini akan berwarna keemasan. Aku sangat menyukai daun maple. Aku menyukai musim gugur. Saat daunan maple gugur menumpuk di tiap sudut paving blok dan menutupi bangku-bangku taman yang sepi, meski dipenuhi dengan omong kosong. Hahahaha.

Nee, Syaoran.
Kamu tahu aku tidak pernah begitu menyukai bunga sakura sampai aku mengenalmu. Aku berjanji akan menanam banyak pohon sakura di taman ini. Mungkin aku akan tanam di seberang jembatan, di sana jarang sekali aku singgahi karena terlalu banyak kabut. Mungkin pohon-pohon sakura itu nantinya akan mengusir sedikit demi sedikit kabut yang dingin.

Ahahaha. Aku terlalu banyak berandai-andai. Tapi... aku bebas melakukan apa pun di taman ini. Aku menyukai taman ini. Karena hanya aku yang tinggal di sini, aku hanya akan membaginya dengan orang yang tepat. Di taman ini aku bisa menangis sepuasnya, menjerit tanpa mengganggu siapa pun. Atau bernyanyi apa pun, melakukan apa pun. Bahkan jika kedua orang tuaku bertengkar aku akan pergi ke sini. Jika seseorang membuatku muak aku akan pergi ke sini. Jika hidupku mulai bermasalah aku akan pergi ke sini. Benar Syaoran, taman ini lebih sering aku datangi saat aku merasa tidak memiliki siapa pun.

Saat musim penghujan, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk di papan ayunan yang basah. Suara deritnya terdengar nyaring karena rantai-rantai yang setengah berkarat. Aku akan memandangi kubangan-kubangan yang menggenang akibat hujan yang turun seharian. Sampai lampu-lampu taman menyala, kemudian membiaskan cahaya yang menembus ranting-ranting. Saat itu akan sangat luar biasa. Bukankah kamu amat mengetahui kalau aku begitu menyukai lampu-lampu kemerahan. Kamu pasti sangat tahu :)

Papan ayunan itu ada dua. Letaknya berdampingan. Aku lebih suka duduk di sebelah kiri karena papannya berwarna ungu. Aku menyukai warna ungu meski selalu mengingatkanku pada perempuanmu yang dahulu. “Dia cantik dan terluka. Terlalu sempurna untuk disembunyikan hujan, disembunyikan gerimis.” Aku tidak pernah membencinya. Tidak ada yang salah karena waktulah yang mempertemukan kamu lebih dulu dengannya. Aku mengenalmu setelahnya, saat taman ini hampir jadi. Hanya saja dulu tidak seperti ini.

Hei, Syaoran. Aku tahu kamu tidak begitu mengerti apa yang kukatakan. Ahahaha, tidak apalah. Aku hanya sedang ingin mengatakan semuanya. Aku ingin kamu mengetahui bahwa di taman ini juga ada pelangi, jarang sekali datang. Aku harus pergi ke sebuah gazebo kecil di pinggiran tebing untuk melihat pelangi. Letak gazebo itu di seberang jembatan kusam yang telah kuceritakan, setelah berjalan sedikit di antara semak. Pelangi akan datang jika kabut menghilang. Aku sesekali ke sana jika merasa bosan. Ada sisa-sisa gaung masa lalu, jadi aku tidak terlalu menyukai tempat itu. Anginnya juga terlampau kencang.

Di taman ini belum ada air mancur, nanti aku akan membuatnya bersama patung-patung kura-kura yang lucu. Kemudian burung-burung kecil akan sering hinggap di sana dan bernyanyi. Oyha, Syaoran. Tidak jauh dari papan ayunan, tepatnya di seberang sungai ada meja pualam yang tidak begitu besar. Bentuknya bundar dan ada dua buah kursi pualam yang berhadapan. Di sana banyak rumput-rumput yang tumbuh, dan sesekali akan terdengar suara jangkrik. Diam di sana membuatku tidak merasa sendirian :)

Nee, Syaoran. Aku mungkin adalah perempuan yang tidak pernah konsisten dengan perasaannya. Maksudku bukan perasaan terhadap dirimu. Melainkan perasaan yang lain. Aku bukan perempuan sempurna seperti kebanyakan perempuanmu terdahulu. Aku bisa mencintai dengan terlalu dan membenci juga dengan terlalu. Aku sangat mencintai taman ini dan aku bisa sangat membencinya jika terlalu banyak masa lalu yang tertinggal di sini.

Sekian musim aku meninggalkan taman ini. Sekarang aku mencoba berani untuk mendatanginya. Aku sudah membersihkan sisa-sisa kemarin yang amat menyakitkan. Taman ini adalah taman yang baru. Kabutnya juga sudah menghilang. Sekarang sedang musim penghujan jadi aku akan singgah dan diam di papan ayunan yang berderit pelan. Aku tidak tahu apa aku akan membenci lagi taman ini. Aku tidak tahu apa cinta akan bertahan lama di taman ini.

Hei, Syaoran. Tuhan telah memberiku rasa sayang yang telah kubagi denganmu. Dan aku ingin terus membaginya sampai taman ini hilang dengan sendirinya, sampai dunia berhenti atas kehendak-Nya, juga sampai dunia setelahnya, aku akan senang membagi rasa sayang ini padamu. Mungkin tidak akan pernah ada yang tahu nasib taman ini kelak. Sekarang aku hanya ingin membaginya denganmu. Kamu boleh datang ke sini kapan saja, kamu boleh melakukan apa saja. Nanti kita tanam pohon stroberi banyak-banyak di sudut dekat gazebo. Supaya belukarnya berkurang, atau lebih baik kita tiadakan saja semak-semak yang mengganggu itu. Jadi pelangi akan lebih sering singgah kemari. Kamu tahu? Aku ingin cinta yang kini tumbuh bisa terus bertahan karena taman ini juga akan selalu ada. Setiap musim masih datang bergantian, teratainya akan selalu mekar, musim hujan akan menjadi musim terbaik dan musim gugur akan tetap menjadi yang paling indah. Kemudian akan ada musim semi saat bunga sakura bermekaran. Mereka akan selalu ada jika kamu juga meyakininya.


Umh... Syaoran, sekarang kamu mengerti maksudku?


***

Sakura, 2013.

Selasa, 09 Juli 2013

Tentang Dirimu


“Cinta adalah.. merasakan seluruh emosi jungkir balik dan berbaur menjadi satu. Merasa segalanya akan baik-baik saja selama berpegangan tangan dengannya. Seperti sedang bermimpi.. dengan kedua mata terbuka lebar-lebar.” ― Winna Efendi


Aku tau semuanya baru terasa sekarang. Langkah-langkah yang dulu diambil. Dengan begitu banyak pertimbangan, dengan begitu banyak hal-hal yang dipikirkan akibatnya, kesudahannya, dan selanjutnya, dan sebagainya.


Tapi, sekarang baru benar terasa. Baru terasa dan aku bersyukur untuk itu.

Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa yang kupunya. Aku memilih untuk menyampaikannya secara jelas supaya cepat terasa olehmu, lelaki yang selama ini kucintai dalam diam, dulu. Dulu sekali.

Telah lebih dari sekian kesempatan yang ada untuk menuliskan segala hal tentang dirimu. Aku tidak pernah akan bosan membicarakan tentang dirimu, meski dalam bentuk monolog sekali pun. Atau meski hanya kusampaikan pada cuaca yang begitu lindap akhir-akhir ini.

Cuaca selalu mengingatkanku pada dirimu. Sebenarnya segala hal akan jadi ke-kamu-kamu-an. Setiap yang ada akan menjadi setiap dirimu, namamu. Setiap kesibukan adalah kamu dan setiap waktu senggang akan lebih banyak kamu. Begitulah.

Aku tidak pernah menemukan alasan bagaimana semua ini berlangsung. Ya. Aku mencintai tanpa alasan, karena itu aku juga tidak memiliki alasan untuk meninggalkan.

Menyenangkan jika dapat mendengarkan suaramu, sederhana saja. Tapi begitu menyenangkan. Menikmati setiap detail yang kamu lakukan di depan mataku. Tertawa, menangis, bernafas, menggaruk, menelan ludah, bahkan apa pun.

Aku bersyukur dapat menikmati semuanya. Membaca gerak bibirmu, menyentuh ujung-ujung jarimu, menghitung seberapa banyak tahi lalat di wajahmu, menertawakan rambutmu, menghirup aroma tubuhmu, segalanya. Segalanya tentang kamu, tentang namamu, tentang dirimu.

Dan benar, sekarang benar-benar sangat terasa. Benar-benar seperti sedang bermimpi.... dengan kedua mata terbuka lebar-lebar.



Meditria, 2013. Aitai ^^

Minggu, 16 Juni 2013

Syaoran



Hei, Syaoran! Berapa banyak rinduku yang terbilang untukmu? Tidak, tidak ada batasnya :)



*Gambarnya dari sini :)

Selamat Hari Ayah :)

Lelaki itu, sekarang, berdiri lebih tegak dari biasanya. Ia menahan segalanya sampai waktu menggeliat mematahkan setiap kesabaran yang berakar pada nadi-nadinya. Mereka, nadi-nadi itu, masih berdenyut mempertahankan cinta mengalir ke seluruh siklus hidupnya, ke semua hal tentang dirinya. Untuk kemudian ia bisikkan pada bilik-bilik yang lain. Pada nafas yang lain.


Meditria, 2013. Selamat hari Ayah :)

Perempuan

Terlihat seperti, perempuan itu menemukan kenyataan bahwa dirinya, diam-diam, menemukan kembali sebuah alasan untuk jatuh. Jatuh, tanpa mendapatkan cinta. Merasa terasing oleh atmosfer di sekitarnya. Perempuan itu sendiri, mengupas ingatan dan meracuninya dengan kenyataan.


Tangisnya pecah.


Meditria, 2013. Ibu?

Kamis, 13 Juni 2013

Musim

Sekian musim yang aku saksikan dalam setiap jemarimu yang kerap gemetar. Jemari yang menyentuhkan hangatnya pada pundakku yang berguncang pelan. Sekian musim yang turun di lembah terdalam, tempat pecundang mematahkan ranting-ranting yang tersambung pada hati dan air mata. Dan daunan gugur, dan sekuat tenaga hatiku mencegah setiap air mata luruh dari perkara yang tak terhindari.

Kepada cinta, aku sebutkan setiap lara yang mengganggu pikirku. Kepada cinta aku keluhkan setiap nafas yang merebut nafasku. Dan musim mulai memudarkan warnamu. Satu ranting yang patah akan menggugurkan ribuan daun.

Ketika cinta terasa bukan milikku, terasa samar hendak pergi. Saat itulah musim membanjiri lekuk wajahmu, menenggelamkan setiap keindahan yang terpeta. Dan aku merasa sesak, bahkan tak sanggup untuk mengeja setiap namamu. Akar-akar waktu mencari batasnya pada ruang-ruang dalam hatiku.

Aku belajar untuk tidak menangis, sebenarnya. Tapi kepadamu kuperlihatkan setiap perih, kepadamu kuperlihatkan setiap pedih. Kepadamu, kepada cinta, kukatakan sekian perasaan saat ranting menggugurkan daunan. Kemudian sungai di antara jemarimu akan membawaku pada sebuah kenyataan bahwa musim belum benar berakhir.

Musim mendingin. Aku hanya ingin setiap matamu mempercayai cahaya yang aku buat untuk mengusir cemas dari masing-masing ketakutan kita. Kamu tak banyak bicara. Aku meraih segala yang dapat kugenggam dan kutanamkan dalam lubang hati. Supaya tumbuh dalam musim yang bermekaran.

Kamu yang selalu ada bersamaku, dengan setiap jemari yang gemetar manahan sesak nafasku. Bertahanlah bersama musim yang menghangat di tanganmu.

Dan jangan pergi.


Meditria, 2013.

Selasa, 11 Juni 2013

Angin

Tentang kubikel-kubikel yang sebelumnya terlupa di mana. Kamu hembuskan angin yang samar menyentuh permukaan telinga, bergemerisik menembus lubang-lubang dalam. Tempat ingatan pernah tersita dalam panjang perjalanan. Kubikel itu masih ada dalam saluran-saluran pernafasan yang kini mengantarkan angin menuju muaranya. Kamu hembuskan lagi dan aku tertawa.

Kemudian pada dasarnya segala sesuatu akan membentuk suatu hubungan yang menggelikan. Aku cuma bisa terus tertawa supaya udara tidak berubah menjadi dingin. Supaya angin yang kamu hembuskan tidak membeku tanpa pernah menyentuh lorong-lorong panjang.

Kamu bercerita tentang nafas-nafas lain yang dihembuskan alam. Alam yang pernah diam di lubang-lubang atau malam-malam yang ranggas. Alam yang menghembuskan bau manis kapas atau padang embun. Bau udara yang tak pernah merasa asing tersisih oleh waktu. Sebab kenangan akan menyelamatkan setiap kata yang hilang dari ingatan. Bau-bau hujan dalam masa-masa sebelum kubikel-kubikel itu terlupa dimana. Bau ranting-ranting yang menggersang dalam cuaca. Bau musim saat ingatan adalah kenyataan.

Dan setelahnya aku saksikan angin terus bekerja mengantarkan setiap pelepah ingatan yang mulai meleleh melewati bibirmu. Nafas yang lain, aroma lain yang menusuk hidungku tanpa memberi tahu bahwa ia sengaja datang dari masa lalu. Masa lalumu.

Aku hanya akan tertawa supaya angin tidak berubah menjadi dingin.


Meditria, 2013.