16092013.
Dear
Sakura...
Aku
sedang suntuk malam ini. Hujan baru saja berhenti, baunya telah hilang begitu
saja. Meski udaranya masih sedingin sore tadi.
Aku
ada kelas pagi tadi, hanya sekitar 100 menit saja. Aku juga tidak begitu
mencerna materi kuliah, satu-satunya yang aku ingat adalah “Angka Partisipasi
Kasar”, yang juga tidak kuketahui apa maksdunya. Hahaha...
Pagi
itu aku bertemu dengannya, saat kelas usai. Aku tidak akan mengetahui
keberadaannya jika temanku tidak menunjukkannya padaku. Luar biasa efeknya,
detak jantungku masih benar-benar berdetak lebih cepat meski itu adalah
perjumpaan yang kesekian kalinya. Ia tersenyum, aku melambaikan tanganku. Ia
datang, dengan kemeja yang belum disetrika. Oh tapi ia sudah mandi, syukurlah.
Ahaha...Nah, itu perjumpaan yang kesekian
kalinya :)
Pertama
kali aku melihatnya, dulu. Di kelas tingkat pertama. Aku hanya mengetahui
namanya, sudah. Cukup. Itu saja. Oh ya dan juga akun Facebooknya. Hahaha... Aku
ingat Profil Picture-nya waktu itu. Mhihihih...
Selanjutnya
kami sering bertemu, di kelas. Tapi hanya sebatas tahu. Dia adalah dia. Aku
adalah aku. Kami tidak pernah berbicara. Bahkan tidak ada alasan untuk menyapa.
Tidak cocok untuk disebut teman sekelas, yah? Pfffttt~
Mungkin
memang tidak ada yang namanya kebetulan. Mungkin memang jalannya sudah harus
begitu. Aku mendapat pesan singkat darinya, saat baru bangun dari tidur siang,
atau sore? Aku lupa. Tapi aku ingat dia mengirimkan pesan singkat untuk
mengajakku bermain teater. Dengan embel-embel olok-olok yang biasa ia lakukan.
Hahaha... Kami memang sudah lumayan dekat, waktu itu. Lumayan, tidak lebih.
Selanjutnya
kami banyak terlibat bersama dalam beberapa kegiatan. Musik, teater, olah raga,
dan sebagainya, dan lupa lagi. Ahahah...
Dan Sakura, kamu juga pasti mengetahui apa yang terjadi. Ya, aku
menyukainya :)
Aku
begitu menyukainya sampai aku mengetahui bahwa ia bersama seseorang. Cantik,
pintar, baik hati, ekspresif, enerjik, dan sebagainya dan segalanya. Jadi aku
taruh rasa yang aku punya di dasar-dasar-dasar-dasar-dasar palung. Di tempat
entah berantah agar aku tidak dapat lagi menemukan rasa itu. Karena aku juga
bersama seseorang. Dia adalah dia. Aku adalah aku. Cukup, cerita itu sampai di
sini saja.
Kamu
tahu, Sakura? Dasar palung dan tempat entah berantah itu terlalu dangkal,
hingga rasa yang pernah aku coba kubur naik kambali ke permukaan. Dan rasa itu
membuat jantungku selalu berdetak lebih cepat bahkan saat aku hanya mendengar
seseorang menyebutkan namanya. Luar biasa bukan?
Jebakan.
Apa benar itu jebakan? Hingga kami benar-benar merasa terjebak dalam rasa yang
salah. Apa itu salah? Bagaimana seharusnya? Bagian mana yang terasa kurang
benar? Waktu? Tempat? Aku pernah mencoba untuk mengubur kembali rasa yang aku
punya, tapi ternyata hatiku memang tidak memiliki dasar-dasar-dasar-dasar
palung. Sehingga akan tetap muat jika aku jejalkan sekian rindu untuknya,
sekian kenangan tentangnya, percakapan, dialog-dialog sunyi, pesan-pesan
singkat, senyuman, irama-irama yang ia
buat bersama gitar kesayangannya, yang
ia gantung di leher menggunakan tali sepatu. Hmmppp :)
Aku
menyayanginya. Sebuah kesimpulan yang baru kusadari setelah dia pergi. Dia
tidak pergi dari semua orang, hanya dariku. Dia adalah dia. Aku adalah aku.
Tapi sekali lagi, hatiku tidak memiliki dasar palung, ingat? :)
Keras
kepala? Ya memang sangat keras. Sekuat apapun teman-temanku berkata padaku: “itu
jelas salah” atau “lupakan”. Aku tuli, aku benar-benar tuli. Tidak ada yang
lebih menyiksa dari kenyataan bahwa ia tidak pernah lagi bicara dengaku, bahkan
bertemu denganku. Perjumpaan kami terhenti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hingga
aku menemukannya lagi. Dan benar, rasa itu lebih mengenal permukaan dari pada
tempat entah berantah. Naik, naik, naik. Besar, besar, besar. Luas, luas, luas.
Atau harus kugunakan kata apa lagi untuk menggambarkan sebuah perasaan yang
terus berkembang? :’)
Aku
menyayanginya. Bahkan sebelum aku benar-benar mengenalnya. Ia seperti kuarsa.
Ahaha bahkan aku tidak mengetahui kuarsa itu seperti apa. Hanya saja, rasanya
menyenangkan menyamakan dirinya dengan sesuatu yang luar biasa. Brilliant.
Perjumpaan
kami berlanjut, Sakura. Ia sungguh orang yang luar biasa. Ia bisa menghabiskan
dua porsi makan orang biasa, tidak pernah pilih-pilih lauk. Dia suka makan apa
saja. Oh ya kecuali ini: kue satu. Hahahah... aku ingat bagaimana dia
menceritakan deritanya saat memakan kue satu. Ppffft ;p
Dia
menyukai sweater belang-belangnya. Yang akhir-akhir ini jarang dipakai. Mungkin
sedang dicuci dan belum kering. Wkwk... Dia punya tahi lalat di wajahnya,
jumlahnya dua belas. Atau sudah bertambah? Ahahah... Hidungnya mancung, agak
bengkok sedikit. Sangat berbeda dengan hidungku yang *skip* -,-“
Sakura,
dia pandai bernyanyi. Aku pernah mendengar rekaman suaranya semalam suntuk.
Mendengar suaranya terasa menyenangkan. Dia pernah membuatkanku sebuah lagu.
Dia bernyanyi. Untukku. Untukku. Untukku. Benar-benar brilliant!! *touched*
Daan,
dia pandai menggambar, juga desain grafis *mhihihih. Dia juga imam yang baik.
Aku ingat surat pendek yang paling sering ia gunakan adalah surat Ad-Dhuha :)
Dia menyukai anak-anak, sepertinya *hahaha* Aku juga menyukai anak-anak. Dia
tahu aku sangat ingin punya Taman Kanak-Kanak yang namanya belum terpikirkan
*wkwkwk
Setiap
hari ia bisa menghabiskan banyak air untuk diminum. Mungkin karena dia sering
terjaga semalaman untuk latihan akustik, atau menonton anime, atau main game
-,-“
Dia
menyukai warna merah muda, lucu. Aku ingat buletin kelas tingkat pertama yang
ia desain juga berwarna merah muda. Mhihihi... Ia juga menyukai kelinci, dan
aku secara tidak langsung mengajaknya untuk juga menyukai kura-kura. Ahahah...
Ia
suka melamun saat mengendarai motornya. “Aku pernah tertidur sepanjang sepuluh
meter selama sekian detik saat berkendara,” katanya. Dan aku tertawa. Shiro,
handphone-nya, juga pernah jatuh saat ia sedang menyetir. Jadi aku melarangnya
untuk menggunakan handphone saat sedang menyetir. Ahahaha
Kusadari
sekarang dia lebih tinggi beberapa sentimeter dibandingkan dulu. Aku
menyadarinya saat ia mengantarku ke stasiun. Ia memarkirkan motornya, kemudian
berdiri, menghampiri ayahku, dan bersalaman. Sooooooooo memorable :)
Rambutnya
pendek, sekarang. Tapi dia lebih suka memanjangkan rambutnya. Yasudah -_____-
Aku jadi ingat waktu dia main perkusi. Mhihihih... Dia freak, partner yang
sangat tepat untuk berimajinasi, tidak takut menjadi terlihat aneh, tidak
sungkan untuk menjadi diri sendiri. Itu menyenangkan. Kami bisa menghabiskan
banyak waktu untuk sekedar membicarakan sesuatu yang aneh, atau melakukan hal
yang aneh. Aaaayayayaaaay~ *lagu kebangsaan*
HAHAHA!
:)
Dia
hampir tidak pernah terlihat marah. Luar biasa sabar. Seharusnya aku bisa lebih
tahu diri untuk tidak menjadi perempuan menyebalkan. Untuk tidak terlalu banyak
mengeluh. Untuk lebih menghargai usahanya. Untuk berusaha menyamakan kapasitas
dengannya :”
Sakura,
aku bertemu dengannya pagi tadi, saat kelas Pengantar Agroekologi selesai. Dan
rasanya masih sama, bahkan naik naik naik, besar besar besar, luas luas luas.
Aku menyayanginya. Bukan karena dia seperti kuarsa, atau karena dia begitu segalanya.
Dia
bukanlah dia. Aku bukanlah aku. Kami.
Dramaga,
09.21 PM.
Meditria,
2013. Brilliant...? :)