Profil

Rabu, 11 Desember 2013

Masa Lalu

Suatu hari, kamu saksikan bahwa dunia menghimpitmu di satu titik. Kemudian kamu baru menyadari bahwa masa lalu tidak pernah berubah berapa kali pun kamu kembali ke sana, mereka tidak pernah berubah.

Kadang-kadang kita merasa haru oleh suatu hal kecil. Merasa terluka oleh masa lalu orang lain, pernah? Masa lalu itu... mengapa sebegitu berpengaruh dalam hidup? Kamu merasa kebingungan, dunia semakin menghimpitmu. Di luar juga hujan, mau ke mana?

Pergi ke masa lalu? Untuk menemukan apa lagi? Tidak ada yang baru di sana, semuanya usang. Semuanya bagian dari kenangan. Lalu apa yang kamu cari dari masa lalu, terlebih.... itu bukan masa lalumu? Lucu sekali, kamu itu. Mencari luka yang kamu buat sendiri.

Membandingkan? Lalu apa?
Tapi tunggu, terkadang kita memang berlaku seperti itu. Itu hiperbola? Bukan, itu cinta! Kita mencari-cari semua yang bisa kita temukan di masa lalu. Bukan masa lalu milik sendiri, tapi milik orang lain. Kemudian kita menerka-nerka apa yang terjadi dengan kita di waktu yang sama. Seringnya, kita terluka saat menemukan kenyataan bahwa seseorang itu sangat bahagia di masa lalu, sebelum kita ditemukan :)

Itu hanya perasaan. Iya, bagian dari hiperbola. Bukan, maksudku bagian dari cinta. Tapi rasa sakit itu kita nikmati, bukan? Seperti kamu saat ini. Bagaimana rasanya? Perih yang indah dalam rasa sakit. Lalu, mau sampai kapan?

Apa yang kamu cari, sebenarnya. Rindumu belum tumbuh saat itu. Ia juga masih bersama orang lain. Meniru? Apa? Hidup mereka? Bagaimana mereka tertawa, berpikir, bercanda, bernafas... dan merindu. Ini titik yang perih. Tapi semua itu kamu yang ciptakan sendiri. Karena masa lalu selalu hadir lebih dulu, dan kamu mencoba kembali ke sana? Salah. Seharusnya bukan begitu.

Terkadang cinta membuat kita menjadi yang paling tidak tahu apa-apa, benar? Semakin banyak mencari... kamu semakin tidak mengetahui. Kemudian ada perasaan ingin mengenal lebih lagi. Perasaan itu, bercampur dengan ego yang menyatakan bahwa 'aku akan jadi yang paling mengenalnya dari siapa pun'.

Lucu sekali. Kamu terus mencari dan terluka. Terus berulang sampai kamu bisa berpikir waras. Tapi cinta terkadang tidak membiarkan kita berpikir secara sehat, akui saja. Kenapa ya?

Iya, kamu selalu merasa kalah oleh masa lalu. Entahlah, kamu juga tidak begitu memahami, kan? Yang jelas, masa lalunya membuatmu berpikir bagaimana menjadi yang lebih. Seharusnya tidak, bukan begitu. Mengalir sajalah, kamu. Untuk apa mencari terus...

Tidak. Kamu tidak mencari sebuah kesalahan. Iya, aku mengetahui, kamu tidak seperti itu. Keadaan seperti ini... terus kamu nikmati, ya?

"Ya."

Itu bagian dari cinta?

"Itu bagian dari cinta."

Kamu menikmatinya?

"Aku menikmatinya."

Kamu begitu mencintainya?

"Lebih dari yang kamu sangkakan."

Jadi, bagaimana menjelaskan semua ini? Cinta membuatmu terlalu ingin tahu, membuatmu terlalu perasa. Sesuatu yang ia lakukan menentukan apa yang kamu rasakan. Bagaimanapun, kamu selalu memaafkan masa lalunya, bukan? Sumber perih-perihmu itu.

"Tentu saja."

Jadi untuk apa kamu kembali lagi ke sana? Tidak akan ada yang berubah.

"Tapi, di luar juga hujan. Mau ke mana?"



Meditria, 2013. Hujannya sudah berhenti, sebenarnya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar