Profil

Rabu, 24 September 2014

Ruang Redam

Sebuah ruang, ssttt.

Sengaja dibuat untuk menyimpan hal-hal tersembunyi Dibangun untuk memendam. Karena tak perlulah kamu, selamanya tahu aku sedang merasa apa.

Di ruang ini aku simpan macam-macam: rindu yang tak tersampaikan, keinginan-keinginan yang tak berkesudahan, dan rahasia. Tentu saja karena ini adalah sebuah ruang yang tak boleh diketahui. Ruang redam, ruang untuk menghindari, atau bolehlah kamu sebut sebagai ruang untuk pelarian.

Suatu hari nanti kamu akan bosan mendengarku mengeluh, marah-marah, menangis. Suatu hari nanti akan ada dua sisi yang berseberangan. Jadi, aku siapkan ruang ini untuk meredam. Untuk kemudian kusimpan setiap kekesalan, emosi, lirih, dan cinta yang rumit. Di sini. Di ruang redam aku jejalkan apa-apa yang tidak kau inginkan dariku, meski kau tak pernah mengucapkannya. Aku sadar diri, aku begitu menyebalkan.

Terlalu menyebalkan.

II

...

II

Kukira kau tak ada
tapi di sudut dinding memang kau tak ada
tinggal bangku-bangku kehilangan debu
dua gadis di meja tipis seolah resepsionis
yang menunggu tamu datang lagi
tapi yang ada
hanya helai rambutmu yang tertinggal
(setengah hitam)

Kukira kau tak ada
ketika lampu-lampu seperti cuaca
seperti malam yang hanyutkan tubuhku
semakin dekat sayang
tapi kau semakin menghilang

...


Dari puisi karya Eka Pranita Dewi, Malam di Kartika Plaza
100 Puisi Indonesia Terbaik 2008