Profil

Jumat, 20 Desember 2013

Sakura


Bikinan si jediiiiiiiiing >,< wkwkwk*
Ini dia bikin ini waktu naik gunung.... apa deh? Gede atau Pangrango?
Yaaa pokonya itulah hahaha ;p


***

Paving Blok 2

Meja yang sama.

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar. Ada puntung rokok di atas tegel kusam, masih berasap. Ada cangkir bekas kopi di dekat jendela, ampasnya memenuhi mulut cangkir yang menguning. Ada petak-petak alas di dekatnya, seperti tatami.

Meja yang sama, di antara tumpukan buku yang tak kusentuh sama sekali. Aku bisa lihat macam-macam sepi di sini. Tanda dilarang parkir itu juga sendirian, tiangnya semakin berkarat. Kacamataku tergeletak di atas meja kayu, tak kupakai. Entahlah, aku mau lihat apa toh tak ada yang kukenal di sini.

Sunyi, semua orang bergumam sendiri-sendiri. Aku juga hanya bisa menulis sambil sesekali melihat paving blok di luar.


Meditria, 2013. Presiden datang ke kampusku, tapi rasanya tetap saja sepi.


Bakuman


*your love !! *haha :3

Rabu, 18 Desember 2013

Tiga Catatan Terakhir

1.
di dalam sebuah pejam
aku saksikan sepasang mataku
menghamburkan jutaan
kunang-kunang. Kuning
seperti daun lerai dari ranting.

kunang-kunang itu berkerumun di ujung-ujung
jari tanganku menyematkan ciuman terakhir
sebelum terbang berkilau-kilauan di udara.

kunang-kunang itu melanglang mencari sepasang
matamu yang berada dalam sebuah pejam yang lain
pejam yang telah lama direncanakan alam dan malam.

dan engkau menyangka kunang-kunang
yang masuk ke matamu adalah mimpi,
mimpi yang engkau duga-duga maknanya.

namun pada saatnya engkau akan tahu,
kelak kunang-kunang itu terbang
hinggap di kelopak pipimu
setiap kali aku engkau kenang.

2.
tiba-tiba mampu aku pahami
seluruh yang pernah datang
bertandang ke dua mataku
bahkan yang aku duga mimpi.

tiba-tiba aku jatuh cinta
melebihi seluruh jatuh cinta
yang pernah menyakiti dadaku. namun

ketika ingin aku katakan pada telingamu
aku tak lagi memiliki suara,
ketika ingin aku katakan pada matamu
aku tak lagi memiliki cahaya.

3.
melalui lubang pepori kulitku, air resap perlahan
membentuk sungai-sungai kecil di tubuhku.

sungai itu mencari rongga dadaku
mencari lautan yang pernah dipenuhi
ribuan ikan mungil peliharaanmu.

sesaat sebelum mataku dikatup
dan peti matiku ditutup,
sungai-sungai itu meluap,
menguap ke langit lapang,
langit yang selalu engkau pandang
sambil menggigit bibir sendiri
dengan mata bergenang-linang.
sebab engkau tak mau lebih manja
dari langit di bulan-bulan hujan.

tetapi tidak. kelak langit dan dirimu
sendiri akan memaafkan semua
kesedihan yang engkau ciptakan
dari kematianku.


Aan Mansyur, 2011.

Iya, beluuuum ;3

Tidak ada keluarga yang sempurna. Hanya keluarga itu sendiri yang tahu bagaimana caranya menyempurnakan. Mungkin keluargaku hanya belum berhasil :)

 

Selasa, 17 Desember 2013

Kata Ibu

"Tuhan.

Apa yang akan terjadi dengan esok hariku?"


Apapun itu Ibu, percaya pada hatimu, percaya pada Tuhanmu.



Meditria, 2013. "..."

Doa Ayah

"Tuhan, Tuhanku.

Apakah benar ia adalah jodohku, istriku ini?
Jika ya, maka selamatkanlah aku dari rasa lelah ini.
Lindungilah aku dari prasangka buruk.
Karena sesungguhnya aku telah teramat bersedih dengan semua ini.

Tapi, Tuhan.
Aku tetap bersyukur kepada-Mu karena telah memberiku istri dengan rahim yang bagus.
Sehingga ia dapat melahirkan anak-anak yang sempurna untukku.

Aamin."



Nah, tidak ada alasan untukku untuk tidak menangis bukan?



Meditria, 2013. Aamin :'

Minggu, 15 Desember 2013

Paving Blok

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar.

Lalu, ada pohon-pohon yang aku tidak tahu namanya, pot bunga yang berjajar di sepanjang pagar besi. Ada banyak anthurium, sepanjang paving blok. Ada tanda dilarang parkir, tiangnya berkarat.

Matahari sedang redup, kaca jendela ini juga sudah buram rupanya. Banyak debu, juga laba-laba kecil. Tapi dari sini aku masih bisa lihat kendaraan yang sesekali melintas, di luar. Hanya sesekali, ah sekarang bahkan tidak ada sama sekali.

Ruangan ini dipenuhi gerutuan. Semua orang bergumam, perempuan di depanku juga. Ia mengeja tulisan dari layar laptopnya. Semua lampu menyala, tapi redup rasanya. Iya, hujan mungkin akan turun satu jam dari sekarang. Atau bisa lebih cepat.

Gedung-gedung di seberang jendela terlihat kosong. Mungkin sedang tutup. Sepi. Ah, ada seseorang melintas naik sepeda. Juga dua orang yang berjalan berdampingan, mereka berjalan terburu-buru.

Sepi lagi.

Buku-buku terlihat banyak sekali. Disusun dengan rapi, tak ada yang kusentuh. Sekarang aku hanya menatap layar laptop dengan kursor yang berkedip-kedip. Kemudian menghela nafas.

Dari sini aku bisa lihat paving blok di luar. Sepi.


Meditria, 2013. Umh?


Rabu, 11 Desember 2013

Hahaha Benar.

Bagaimana rasanya?

Apa?

Saat ia mengkhawatirkan masa lalunya.

Sakit.

Mengapa?

Karena itu hanya masa lalu. Untuk apa terus dicari?

Kamu juga mencarinya.

Hm... Yah. Aku mencari apa yang sebenarnya ia cari.

Mengapa?

Seharusnya aku yang bertanya.

Maksudmu?

Mengapa, ia begitu merasa betanggung jawab atas tindakannya?

Ia hanya khawatir.

Ia hanya khawatir.

Ah benar, terdengar menyebalkan.

Nah!

Apa yang kamu pikirkan?

Mengapa wanita itu begitu istimewa?

Ah?

Hyah, ia begitu mudahnya mendapatkan sebuah perhatian. Setiap waktu.

Kamu cemburu?

Tentu saja!

Kamu marah?

Saat mengetahuinya? Ya.

Lalu?

Sekarang aku percaya padanya.

Kamu yakin?

Aku belajar.

Kamu mencintainya, ya?

Aku akan mengatakannya terus. Ya, aku mencintainya.

Saat ini kamu marah padanya?

Tidak, aku merindukannya. Aku tidak ingin lagi bertengkar dengannya.

Mengapa kita membicarakan soal cinta melulu.

Kamu yang mulai.

Hahaha benar.

Hahaha benar.

Di luar juga hujan. Mau apa?



Meditria, 2013. Iya masih hujan >,<"

Rindu

Terkadang kita merasa terlalu lelah untuk mencari. Kita juga ingin ditemukan. Kamu mencariku?
Kemudian...


menemukanku?


Ya, ya, ya, aku disini, tidak pergi ke mana pun.... masih merindukanmu Y


Meditria, 11-12-13. Ini tanggal bagus, baru sadar :3

Masa Lalu

Suatu hari, kamu saksikan bahwa dunia menghimpitmu di satu titik. Kemudian kamu baru menyadari bahwa masa lalu tidak pernah berubah berapa kali pun kamu kembali ke sana, mereka tidak pernah berubah.

Kadang-kadang kita merasa haru oleh suatu hal kecil. Merasa terluka oleh masa lalu orang lain, pernah? Masa lalu itu... mengapa sebegitu berpengaruh dalam hidup? Kamu merasa kebingungan, dunia semakin menghimpitmu. Di luar juga hujan, mau ke mana?

Pergi ke masa lalu? Untuk menemukan apa lagi? Tidak ada yang baru di sana, semuanya usang. Semuanya bagian dari kenangan. Lalu apa yang kamu cari dari masa lalu, terlebih.... itu bukan masa lalumu? Lucu sekali, kamu itu. Mencari luka yang kamu buat sendiri.

Membandingkan? Lalu apa?
Tapi tunggu, terkadang kita memang berlaku seperti itu. Itu hiperbola? Bukan, itu cinta! Kita mencari-cari semua yang bisa kita temukan di masa lalu. Bukan masa lalu milik sendiri, tapi milik orang lain. Kemudian kita menerka-nerka apa yang terjadi dengan kita di waktu yang sama. Seringnya, kita terluka saat menemukan kenyataan bahwa seseorang itu sangat bahagia di masa lalu, sebelum kita ditemukan :)

Itu hanya perasaan. Iya, bagian dari hiperbola. Bukan, maksudku bagian dari cinta. Tapi rasa sakit itu kita nikmati, bukan? Seperti kamu saat ini. Bagaimana rasanya? Perih yang indah dalam rasa sakit. Lalu, mau sampai kapan?

Apa yang kamu cari, sebenarnya. Rindumu belum tumbuh saat itu. Ia juga masih bersama orang lain. Meniru? Apa? Hidup mereka? Bagaimana mereka tertawa, berpikir, bercanda, bernafas... dan merindu. Ini titik yang perih. Tapi semua itu kamu yang ciptakan sendiri. Karena masa lalu selalu hadir lebih dulu, dan kamu mencoba kembali ke sana? Salah. Seharusnya bukan begitu.

Terkadang cinta membuat kita menjadi yang paling tidak tahu apa-apa, benar? Semakin banyak mencari... kamu semakin tidak mengetahui. Kemudian ada perasaan ingin mengenal lebih lagi. Perasaan itu, bercampur dengan ego yang menyatakan bahwa 'aku akan jadi yang paling mengenalnya dari siapa pun'.

Lucu sekali. Kamu terus mencari dan terluka. Terus berulang sampai kamu bisa berpikir waras. Tapi cinta terkadang tidak membiarkan kita berpikir secara sehat, akui saja. Kenapa ya?

Iya, kamu selalu merasa kalah oleh masa lalu. Entahlah, kamu juga tidak begitu memahami, kan? Yang jelas, masa lalunya membuatmu berpikir bagaimana menjadi yang lebih. Seharusnya tidak, bukan begitu. Mengalir sajalah, kamu. Untuk apa mencari terus...

Tidak. Kamu tidak mencari sebuah kesalahan. Iya, aku mengetahui, kamu tidak seperti itu. Keadaan seperti ini... terus kamu nikmati, ya?

"Ya."

Itu bagian dari cinta?

"Itu bagian dari cinta."

Kamu menikmatinya?

"Aku menikmatinya."

Kamu begitu mencintainya?

"Lebih dari yang kamu sangkakan."

Jadi, bagaimana menjelaskan semua ini? Cinta membuatmu terlalu ingin tahu, membuatmu terlalu perasa. Sesuatu yang ia lakukan menentukan apa yang kamu rasakan. Bagaimanapun, kamu selalu memaafkan masa lalunya, bukan? Sumber perih-perihmu itu.

"Tentu saja."

Jadi untuk apa kamu kembali lagi ke sana? Tidak akan ada yang berubah.

"Tapi, di luar juga hujan. Mau ke mana?"



Meditria, 2013. Hujannya sudah berhenti, sebenarnya :)