Profil

Senin, 21 April 2014

bebal

jika bumi adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya.
setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.

jika laut adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya.
setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.

jika hutan adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya.
setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.

ada tak ada manusia mestinya pohon-pohon itu tetap tumbuh.
ada tak ada manusia mestinya terumbu karang itu tetap utuh.
ada tak ada manusia mestinya pohon-pohon itu tetap tumbuh.
ada tak ada manusia mestinya terumbu karang itu tetap utuh.


bebal, sisir tanah.

lagu yang luar biasaaaaaaaa !! bisa didengarkan di sini :)

lagu wajib

yang wajib dari hujan, adalah basah. yang wajib dari basah, adalah tanah. yang wajib dari tanah, adalah hutan. yang wajib dari hutan, adalah tanam. yang wajib dari tanam, adalah tekad. yang wajib dari tekad, adalah hati. yang wajib dari hati, adalah kata. yang wajib dari kata, adalah tanya. yang wajib dari tanya, adalah kita. yang wajib dari kita, adalah cinta. yang wajib dari cinta, adalah mesra. yang wajib dari mesra, adalah rasa. yang wajib dari rasa.......


.......adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka. adalah luka.......


lagu wajib, sisir tanah.
terima kasih siti chaakimah :)

lagu bisa didengarkan di sini :)

Sabtu, 05 April 2014

Sampai

Mungkin cinta adalah sesuatu yang gaib sehingga tak mampu dilihat oleh indera. Mungkin juga menganut hukum kekekalan energi sehingga tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan.

Cinta hanya berpindah, teralihkan, terabaikan, berpindah lagi, teralihkan lagi... kemudian sampai.

S.a.m.p.a.i.

Sebentar

Sebentar.

Sejak pertama kamu membaca itu—membacakannya untukku, aku ingin ke sana. Ingin pergi ke sana bersama-sama.  Sebenarnya aku takut untuk berharap, tapi kupikir mungkin tidak ada salahnya.

Jadi aku mulai berkhayal tentang hari Sabtu yang kuhabiskan denganmu. Atau hari Jumat pun tak apa meski terasa ganjil. Aku hanya ingin pergi dan bersama kamu mungkin akan menjadi sesuatu yang bagus.

Aku mulai sibuk menyisihkan uang, melihat kalender berulang-ulang. Mencari tahu apa pun tentang pertunjukkan itu, bahkan berbincang dengan teman-temanku bahwa aku akan pergi ke sana. Aku mulai sibuk memikirkan akan memakai baju yang mana, bagaimana dengan sepatunya? Apa uangku sudah cukup? Dan sebagainya.

Tapi sebentar, tunggu sebentar. Aku membuat sebuah kesalahan fatal.

Aku lupa bahwa aku mencintai seseorang yang berbeda. Aku tidak menyadari bahwa kamu memiliki lingkaran yang sulit untuk kupahami. Semantap apa pun saat aku berkata “aku akan mengerti”, rasa sakit datang tanpa peduli dan empati.

Kemudian aku tidak ingin kamu tahu bahwa aku kecewa karena keputusan ini. Namun, aku juga ingin kamu mengetahui bahwa rasa sakit datang malam tadi. Jadi aku menangis. Menangis karena aku begitu ceroboh sehingga mencelakai hatiku sendiri.

Sebentar, jangan salahkan dirimu. Mungkin kamu juga berharap bahwa aku akan mengerti, jadi saat kamu tahu aku tidak bisa mengerti… mungkin kamu juga kecewa dan sakit.

Mungkin kita hanya butuh waktu untuk sendiri, meski aku tetap saja memikirkanmu. Dan aku tidak bisa tidak menghubungimu, mengecek status WhatsApp-mu, dan kecewa jika kamu menghilang. Aku merasa diabaikan, meski sebenarnya kamu tidak bermaksud seperti itu.

Sekarang saatnya aku menekan perasaanku, bukan sebaliknya. Tapi aku takut jika jarak yang ada akan terasa lebih jauh. Aku telah terbiasa dengan segala yang kita jalani selama ini. Dan aku takut untuk membatasi rasa yang kupunya, aku takut. Sebenarnya aku tidak perlu terlalu merindukanmu karena toh kamu juga tidak terlalu peka terhadap rasa. Aku minta maaf jika kamu tersinggung.

Aku gagal memahami setiap detail kepalamu, yang seperti labirin. Aku tersesat di tikungan mana pun dan tak ada jalan pulang. Seharusnya aku bisa menemukan jalan dari setiap persoalan ini.

Sebentar.

Rasanya aku melupakan sesuatu. Ya, sebentar. Aku...

...Mulai berpikir bahwa segala sesuatunya diciptakan oleh persepsi otakku sendiri. Kita baik-baik saja. Namun hatiku berkali-kali menolak itu dan otakku berusaha mencari alasan logis untuk membenarkan apa-apa yang dirasakan. Aku pecundang.

Kenapa? Kenapa selalu seperti ini. Rasanya ingin pergi jauh dan mengucapkan selamat tinggal pada kamarku. Pada Hikari dan kedua lainnya yang masih saja bertengger di atas kabinet plastik. Aku mau pergi ke masa-masa setelah ini, jauh setelah perasaan ini.

Hari di mana aku bisa berteriak sekencang mungkin bahwa aku menyayangimu. Hari di mana aku tidak perlu bersusah-susah mencarimu karena kamu adalah bagian dari diriku. Hari di mana aku bisa menekan balik perasaanku dan lega karena aku terbebas dari sesak nafas.

Kemudian aku bisa menembus lingkaranmu, memahami labirinmu, dan menemukan lebih banyak lagi hari Sabtu.

Tapi... Sebentar... Sebentar.

Sayang, apa selama ini aku sudah cukup berjuang?

Selasa, 01 April 2014

tidak.

tidak benar-benar terucap, tidak benar-benar terwujud, tidak benar-benar ada, tidak benar-benar datang, tidak benar-benar tumbuh, tidak benar-benar bernama.

tidak.

rasanya

rasanya,

berkumpul bersama banyak orang yang menerima kita tanpa banyak bertanya, tanpa banyak mengomentari apa pun yang melekat pada kita, yang menerima dengan tangan terbuka dan tertawa selepas-lepasnya, menertawakan hal remeh temeh dan berbagi tanpa banyak protes. tanpa tersinggung. tanpa jarak. tanpa syarat,

rasanya,

aku bahagia :)