Profil

Minggu, 07 Desember 2014

Hari Ini

Habis maghrib nanti kayanya bakal ujan. Padahal ada janji mau makan bareng *uhuk* bareng si Mega sama Wulan sama siapa lagi gatau :v hahaha

Ada pesenan gambar buat kado nikahan temen SMA *aku kapan nikah?* *eak masih lama* yang belum selesai, bingkainya belum beli, sketsanya belum jadi. #bukanurusansaya *lha ganyambung*

Ada deadline cerpen yang mesti direvisi sesuai janjiku pada editor pribadi *eak lagi* Glaucous sama Azurea, cerpen fantasi pertama yang menyenangkan :' Semoga proyek ini cepet kelar dan memuaskan. Semangat untuk Kak Vivi, Farah, Firda, Nudia, Vikma, Suci, dan Dp !! Semangat untuk kita :)

Ada janji lain sama Bu Dyah. Dosen pembimbing yang super *apapun*. Kita ketemu lagi ya bu, jangan sibuk dulu -,-

Ada satu novel yang belum dibaca,satu buku puisi hasil beli online, sama satu novelet yang baru dihabiskan satu bab. Pengen beli novel lagi, tapi mesti selesein pesenan gambar dulu biar punya uang *yea*

Ada rajutan setengah jadi. Baru sepersepuluhnya malah, Lagi males ngelanjutin, Males aja pokonya. Males. Males :v

Ada yang ngilang sejak kemarin. Ah sudahlah, aku juga GAMAU NYARI. Pengennnya dicariin :v *sudah sudah gausah dibahas* *next*

Ada yang belum mandi *oke itu gue*

Ada apa lagi coba? Duh laper ih, Ini hari apasih?

-___-

Rabu, 24 September 2014

Ruang Redam

Sebuah ruang, ssttt.

Sengaja dibuat untuk menyimpan hal-hal tersembunyi Dibangun untuk memendam. Karena tak perlulah kamu, selamanya tahu aku sedang merasa apa.

Di ruang ini aku simpan macam-macam: rindu yang tak tersampaikan, keinginan-keinginan yang tak berkesudahan, dan rahasia. Tentu saja karena ini adalah sebuah ruang yang tak boleh diketahui. Ruang redam, ruang untuk menghindari, atau bolehlah kamu sebut sebagai ruang untuk pelarian.

Suatu hari nanti kamu akan bosan mendengarku mengeluh, marah-marah, menangis. Suatu hari nanti akan ada dua sisi yang berseberangan. Jadi, aku siapkan ruang ini untuk meredam. Untuk kemudian kusimpan setiap kekesalan, emosi, lirih, dan cinta yang rumit. Di sini. Di ruang redam aku jejalkan apa-apa yang tidak kau inginkan dariku, meski kau tak pernah mengucapkannya. Aku sadar diri, aku begitu menyebalkan.

Terlalu menyebalkan.

II

...

II

Kukira kau tak ada
tapi di sudut dinding memang kau tak ada
tinggal bangku-bangku kehilangan debu
dua gadis di meja tipis seolah resepsionis
yang menunggu tamu datang lagi
tapi yang ada
hanya helai rambutmu yang tertinggal
(setengah hitam)

Kukira kau tak ada
ketika lampu-lampu seperti cuaca
seperti malam yang hanyutkan tubuhku
semakin dekat sayang
tapi kau semakin menghilang

...


Dari puisi karya Eka Pranita Dewi, Malam di Kartika Plaza
100 Puisi Indonesia Terbaik 2008

Kamis, 28 Agustus 2014

Sekedar Pengingat Diri

Langit yang menguning, kemerahan, kemudian berubah keunguan.

Sesuatu yang sangat indah terkadang hadir sebentar saja. Eksklusif, begitu kita menyebutnya. Tuhan memberi kita waktu di antara sore dan malam. Kita menyebutnya senja, saat-saat paling menakjubkan yang terjadi di langit, dengan parade warna yang luar biasa. Brilian, aku menyebutnya demikian.

Mungkin banyak pula yang berharap senja tak pernah habis, tak perlu tergantikan malam. Sekarang begini, bukankah jika senja berakhir sedemikian rupa, Tuhan menjanjikan langit lain yang sama indahnya? Malam-malam saat bintang menetas satu persatu, bulan yang bersih, udara yang menghangat, dan langit yang teduh.

Pun, jika langit tampak terlindungi oleh kumpulan awan mendung, kemudian meneteskan hujan yang selalu jatuh tanpa pamrih, membasahi setiap dataran, Tuhan menjanjikan keteduhan lain lewat hujan yang kerap memuat banyak doa. Semakin deras hujan, terkadang membuat hati kita semakin teduh. Semua rasa bertemu di satu titik yang tenteram.

Saat malam berakhir, dan waktu subuh datang. Tuhan menambahkan nikmat kesejukkan lewat udara dan uap air, lewat embun, lewat kumandang adzan Subuh. Dan banyak dari kita, bahkan juga diriku, terkadang lalai atas nikmat yang satu ini.

Begitu pula saat pagi, siang, sore, dan kemudian kembali lagi pada senja yang brilian. Tuhan selalu menjanjikan yang terbaik, terindah, dan teristimewa untuk kita. Tanpa kita sadari. Sekarang tergantung bagaimana kita mencerna setiap nikmat yang diberikan. Susah dan senang, semua punya sisi baik.

Tuhan selalu menjanjikan kemudahan dibalik setiap kesusahan.

*

Sepi

sepi adalah ketika aku naik angkutan umum, sendirian. tanpa harus terperangkap dalam percakapan yang kerap kali aku hindari. menikmati perjalanan sendiri, tanpa perlu mengeluh pada siapa pun karena kemacetan yang parah. aku sendirian untuk menikmati. terkadang orang perlu membayar sangat mahal untuk sebuah kesendirian.

sepi adalah ketika aku harus mengerjakan hal-hal yang sesungguhnya hanya aku yang ingin lakukan. menggunting sisa-sisa kertas, menggambar apa saja untuk kemudian kutempel di dinding atau langit-langit kamar, menulis berlembar-lembar kalimat, mengunyah coklat, mengurung diri di kamar selama berjam-jam. sepi adalah kreativitas.

sepi adalah saat aku harus dengan sengaja pergi ke perpustakaan. mencari tempat di sudut dan melakukan apa saja yang mungkin di situ. menulis sambil mendengarkan lagu melalui headset, blogwalking, meng-update setiap status di setiap medsos, stalking, minum banyak air hingga berulangkali ke kamar kecil, dan menghabiskan tissue.

sepi adalah ketika aku mengecek notification dan tak menemukan apa-apa, menunggu pengumuman lomba menulis, mengunduh gambar-gambar untuk wallpaper desktop, dan menunggu  seseorang. sepi adalah saat aku membiarkan hatiku menunggu, kemudian tersenyum sendiri saat seseorang itu datang melalui pesan singkat.

sepi adalah saat aku sengaja mencari-cari kegalauan untuk menyempurnakan rindu. menghirup aroma hujan banyak-banyak, kemudian menikmati bias cahaya lampu setelah reda, dan memerhatikan lalu-lalang orang-orang dari tempatku duduk berdiam sampai senja habis sendiri.

sepi adalah saat aku diam-diam berdoa dan menyebutkan sebuah nama berulang kali, menangis tanpa meninggalkan jejak, kemudian menenggak segelas air putih dengan barbar.

sepi adalah sesuatu yang sengaja kubuat untuk menyempurnakan apa yang sedang ingin aku lakukan. menangis, menunggu, merindu, semacam itu. sepi adalah sekarang.

*

Jumat, 25 Juli 2014

manis

manis,

aku pernah takut rindu yang kupunya akan mencemari hidupmu, jadi sebagian rinduku kukerjakan dalam diam.
merindukanmu adalah pekerjaan menyenangkan.

aku tahu ada banyak rindu untukmu yang bukan hanya dariku. aku tahu mungkin ada yang juga diam-diam merindukanmu. aku bisa apa? pekerjaan menyenangkan seperti itu siapa yang tidak mau?

manis,

aku ingin kamu tidak lagi merasa bersalah. pun kamu tak mesti lagi merasa perlu meminta maaf. kamu sudah selesai dengan gundahmu.

lihat! ia baik-baik saja. kini ia baik-baik saja. sudah tidak apa-apa.
karena aku juga akan menjaganya. aku akan menjaganya, manis. kamu tak perlu.

hatiku,
itu saja yang perlu kamu jaga.

***


Minggu, 08 Juni 2014

tentang jarak

jarak
dijaga
dekat

jarak
dirasa
jauh

jarak
memisahkan
satu
dengan
dua

aku
dengan
kita

kamu
dengan
rasa

jarak
bisa
saja
menyelamatkan

bisa
juga
mempermainkan

tentang jarak,
kamu pergi pada jarak
aku juga menunggu dalam jarak

jarak
selalu
benar

sebagaimana cinta

jarak tidak pernah pergi
kamu yang pergi.


meditria, 2014. ini cuma puisi. spontan.