Profil

Selasa, 11 Juni 2013

Angin

Tentang kubikel-kubikel yang sebelumnya terlupa di mana. Kamu hembuskan angin yang samar menyentuh permukaan telinga, bergemerisik menembus lubang-lubang dalam. Tempat ingatan pernah tersita dalam panjang perjalanan. Kubikel itu masih ada dalam saluran-saluran pernafasan yang kini mengantarkan angin menuju muaranya. Kamu hembuskan lagi dan aku tertawa.

Kemudian pada dasarnya segala sesuatu akan membentuk suatu hubungan yang menggelikan. Aku cuma bisa terus tertawa supaya udara tidak berubah menjadi dingin. Supaya angin yang kamu hembuskan tidak membeku tanpa pernah menyentuh lorong-lorong panjang.

Kamu bercerita tentang nafas-nafas lain yang dihembuskan alam. Alam yang pernah diam di lubang-lubang atau malam-malam yang ranggas. Alam yang menghembuskan bau manis kapas atau padang embun. Bau udara yang tak pernah merasa asing tersisih oleh waktu. Sebab kenangan akan menyelamatkan setiap kata yang hilang dari ingatan. Bau-bau hujan dalam masa-masa sebelum kubikel-kubikel itu terlupa dimana. Bau ranting-ranting yang menggersang dalam cuaca. Bau musim saat ingatan adalah kenyataan.

Dan setelahnya aku saksikan angin terus bekerja mengantarkan setiap pelepah ingatan yang mulai meleleh melewati bibirmu. Nafas yang lain, aroma lain yang menusuk hidungku tanpa memberi tahu bahwa ia sengaja datang dari masa lalu. Masa lalumu.

Aku hanya akan tertawa supaya angin tidak berubah menjadi dingin.


Meditria, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar