Profil

Sabtu, 11 Januari 2014

Lanskap Dalam

kucoba menuliskan sesuatu
dan berdoa untukmu
agar kamu dapat memaafkanku
dari tempat yang jauh

di kepalaku, barisan lagu-lagu
yang akan mengikat diriku erat
dengan bayanganmu

kutatap lanskap di luar jendela;
memanggil-manggil nafasmu
yang begitu kukenal, tapi tak lagi
menyentuh hidungku

kesedihan musim hujan bertambah
ketika ketel di dapur tak dapat
mendengingkan uap, dan bocah lelakiku
terpejam dalam kamar;
menghisap dua jari tangannya

kucoba mengkhayalkan
pipimu yang hangat
untuk menghapuskan
derita dosa-dosa di bibirku

―bibirmu yang kupuja
masihkah manis dan lembab
malam ini?

di dalamnya, aku tahu
adalah kata-kata
adalah pusat air mataku

tetapi tetap kurindukan kamu
bagai perjalanan mencekam
sebuah kereta dari kota ke kota
yang tak pernah dapat kuhentikan

kucoba menuliskan sesuatu
dan berdoa untukmu
agar kamu dapat memaafkan
cintamu kepadaku

tapi semua bahasa
dan keyakinan
lari dari kesunyianku

―mengapa kepala berada di atas jantung;
hingga dadaku yang ringkih
tak dapat mendebarkan telingamu
tanpa merendahkan wajahmu?

malam ini
kelaparan merusakkan hatiku
kemiskinan hati
memerihkan lambungku

tak ada orang lain di luar diriku
kecuali orang-orang yang kucintai
kecuali orang-orang yang menjauh
dari diriku

Dina Oktaviani, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar