kucoba menuliskan sesuatu
dan berdoa untukmu
agar kamu dapat memaafkanku
dari tempat yang jauh
di kepalaku, barisan lagu-lagu
yang akan mengikat diriku erat
dengan bayanganmu
kutatap lanskap di luar jendela;
memanggil-manggil nafasmu
yang begitu kukenal, tapi tak lagi
menyentuh hidungku
kesedihan musim hujan bertambah
ketika ketel di dapur tak dapat
mendengingkan uap, dan bocah lelakiku
terpejam dalam kamar;
menghisap dua jari tangannya
kucoba mengkhayalkan
pipimu yang hangat
untuk menghapuskan
derita dosa-dosa di bibirku
―bibirmu
yang kupuja
masihkah manis dan lembab
malam ini?
di dalamnya, aku tahu
adalah kata-kata
adalah pusat air mataku
tetapi tetap kurindukan kamu
bagai perjalanan mencekam
sebuah kereta dari kota ke kota
yang tak pernah dapat kuhentikan
kucoba menuliskan sesuatu
dan berdoa untukmu
agar kamu dapat memaafkan
cintamu kepadaku
tapi semua bahasa
dan keyakinan
lari dari kesunyianku
―mengapa
kepala berada di atas jantung;
hingga dadaku yang ringkih
tak dapat mendebarkan telingamu
tanpa merendahkan wajahmu?
malam ini
kelaparan merusakkan hatiku
kemiskinan hati
memerihkan lambungku
tak ada orang lain di luar diriku
kecuali orang-orang yang kucintai
kecuali orang-orang yang menjauh
dari diriku
Dina Oktaviani, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar