Profil

Kamis, 20 Februari 2014

Partikel

Karena rasanya tidak adil jika aku hanya membicarakan akar. Baiklah, sekarang aku mau bicara tentang Partikel.

Aku sempat berbincang sedikit dengan Sisy. Aku bilang aku nggak suka Partikel, ralat: aku lebih suka Akar ketimbang Partikel. Karena rasanya dalam Partikel aku mudah sekali menemukan Dee. Dia ada di mana-mana. Dia ada di setiap narasi. Inikah hasil bertapa selama delapan tahun? Jujur aku tidak terpuaskan, meski Partikel adalah yang paling tebal sekali pun. Aku tidak kenyang sama sekali.

Jadi, Partikel tidak dapat membuatku bertahan sampai akhir. Baiklah, aku memang membacanya hingga halaman terakhir, bahkan aku membaca tentang riwayat penulis. Tapi hampir lima puluh halaman terakhir aku hanya mencari-cari dialog dan mengacuhkan narasi.

Aku berhenti sampai Zarah tiba di mana? bertemu dengan... siapa? Hardiman? Ya ya ya pokoknya itu. Aku bahkan lupa tentang detailnya, padahal seharusnya bagian ini adalah kunci dari Partikel. Bagian akhir adalah jawaban dari semua teka-teki yang bertubi-tubi sejak awal, kan?

Dan bahkan aku tidak begitu membaca kisah Bodhi dan Elektra karena terlanjur bosaaaaaan. Aku memang belum tentu bisa menulis cerita dahsyat luar biasa seperti Partikel, tapi itulah yang terasa, meninggalkan kesan rumit. Mungkin ini lagi-lagi tentang mood. Tolong!

Sisy bilang Partikel seperti sebuah ensiklopedia. Aku setuju, tapi aku lebih suka ensiklopedia bergambar. Hahaha. Partikel memang memuat gambar-gambar dan sketsa luar biasa di luar akal manusia. Tapi ya... begitulah. Aku lebih suka Akar, meski hanya sedikit gambar ada di sana!

Terlepas dari itu semua, Partikel memang menarik. Dee selalu berhasil mengangkat rupa-rupa fenomena yang tak terpikirkan sebelumnya. Yah, namanya juga tentang spiritual ya. [Cengenges]. Beberapa hal yang aku suka dari Partikel adalah Zarah. Namanya bagus, aku suka. Hahahah. Cerita ini juga dibuka dengan sangat baik, semua tanda tanya dikeluarkan, semua tabu, semua hal SARA yang berhasil disamarkan dengan apik. Hebat ya, berani banget nulis menyinggung-nyinggung SARA begini. Gila.

Aku suka petualangan Zarah. Aku suka saat-saat Zarah menjadi seorang fotografer, petualangan di Tanjung Puting, dan seterusnya dan selanjutnya sampai ia berhasil tiba di London. Aku suka saat ia punya kesempatan memotret kawanan singa dari dalam telaga. Hahaha.

Dan yang paling membekas adalah CHOMO CHOMO! Sampai sekarang aku sering sekali ber-CHOMO CHOMO! Hahaha. Apa kabar Sarah ya?

Partikel kuhabiskan dalam waktu tiga hari. Satu hari penuh antusias, sisanya penasaran. Nah, itu. Partikel adalah buku luar biasa. Namun, aku tetap akan memilih Akar. Aku memang belum baca dua buku lainnya. Kita lihat nanti ya. Selamat menjadi: S.

Ohya, terima kasih lagi Sisy. Totemo arigatou :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar