Profil

Senin, 10 Oktober 2011

GUSAR

Di sore yang tak berbau ini saya merasa penat . Dari sepasang sandal , kaca mata , kaki meja , televisi , ular tangga , guci bunda , hingga topi jerami ada dalam pikiran saya . Saya seperti hari Senin yang kacau dan terburu-buru . Senin yang berbau pecundang . Senin yang mengaduk-ngaduk perut dan memaksa untuk memuntahkan segalanya .

Pada akhirnya saya memutuskan untuk ke luar dan meninggalkan meja lusuh yang kini teronggok kesepian . Saya tinggalkan tinta dan kertas yang terkulai di atasnya .
Pergi sejenak melupakan deretan alfabet yang berduyun mulai membunuh kewarasan saya mungkin merupakan pilihan yang bijaksana .


Saya ke luar membawa kepingan mimpi yang terkikis dalam genggaman saya . Saya mengenakan mantel dengan dua saku yang saya penuhi dengan jemari saya .



Udara berkabut tapi hati saya sekering kemarau . Namun kelabunya sedikit mendukung keadaan jiwa saya yang teraduk-aduk . Sunyi tanpa pintu-pintu matahari . Sepi tanpa peri-peri .

Saya merasa miris . Saya ingin pergi . Tak lagi ritual yang sama : tak lagi . Tapi nyatanya saya masih terduduk di depan meja lusuh . Dengan tinta dan kertas yang terkulai di atasnya . Akh , alfabet itu lagi . Sepertinya saya tak bisa lebih bijak saat ini . Saya terpasung dalam keremangan . Tidak tawa , tidak peri , tidak juga matahari . Semuanya hanya bagian dari imajinasi ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar