Profil

Minggu, 23 Maret 2014

Samudera dan Teluk

Cinta tidak pernah salah. Penulis novel atau penyair manapun akan setuju dengan itu, bahwa cinta selalu benar. Cinta dapat menggabungkan dua sifat yang berbeda untuk menjadi campuran yang homogen, menjadikan dua hal yang berlainan untuk membentuk kombinasi yang luar biasa. Seperti menaburkan bubuk kacang pada eskrim coklat, atau menggabungkan warna hitam pekat dengan merah muda yang lembut.

Bagiku, kita adalah kombinasi paling unik yang pernah ada. Seperti penggabungan antara samudera yang teduh dengan teluk yang ramai. Yah, semacam sanguinis-melankolis. Aku bersyukur untuk itu, bukankah perbedaan adalah hal yang paling indah dari cinta?

“Cinta seperti apa yang kau harapkan? Rama dan Sinta? Lupakan!” Aku teringat perkataan temanku. Ia benar, aku bukanlah Rama. Aku Rahwana. Aku yang merampas Sinta dari tercintanya, aku adalah seorang pencuri. “Selamanya Sinta tidak akan bersama Rahwana, kawan.”

Aku benar-benar terjebak dalam rasa yang membuatku nyaris meledak. Aku mencintaimu, cinta tidak pernah salah, kan? Namun, mengapa segalanya membuatku seakan-akan menjadi seseorang yang paling kejam? Bukankah Rahwana dan Sinta bisa menjadi kombinasi yang luar biasa?

“Dia bersama orang lain. Lupakan saja.” Lalu aku harus bagaimana? Merindukanmu dalam diam? Kemudian mengirim perahu-perahu dari samuderaku untuk menuju teluk, untuk singgah membawa perasaan rindu yang tak tersampaikan ini?

Aku nyaris meledak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar