Profil

Minggu, 09 Maret 2014

Puisi dan Bunyi

tentu tidak usah memaksudkannya sebagai pembicaraan tentang hakikat puisi bagi kehidupan kalau sekarang kita bertanya, 'Untuk apakah puisi ditulis?'. puisi, yang dilisankan sebelum kita mengenal aksara, dan tentu 'hanya' berupa bunyi, kini telah berubah menjadi benda visual yang ruang geraknya telah berpindah-pindah mulai dari berbagai lembaran dan lempengan untuk menulis sampai ke koran bahkan ke layar komputer. masing-masing memerlukan proses yang berbeda-beda.

***

ketika kita membicarakan puisi, perangkat sastra yang kita singgung-singgung adalah, antara lain, rima, alterasi, asonansi, irama, dan repetisi--semua berkaitan dengan bunyi.

kalau kita membicarakan fiksi, umumnya bukan itu yang menjadi sorotan diskusi kita. dibanding dengan genre lain, puisi tampaknya memang masih bersandar ke bunyi: dari pantun sampai ke tembang yang rumit tatacara penulisannya,

puisi tetap tunduk pada hakikat kelisanannya, yakni bunyi.


Sapardi Djoko Damono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar