Profil

Selasa, 06 Desember 2011

Hujan

Ada noktah noktah kecil pagi ini: di bawah jendelamu yang berembun. Dan kau belum juga datang dari mimpi yang beku, dalam bangsal pikiranmu yang berdebu. Sekian hujan kau tuang dalam buku saku merah marun:



"Hujan selalu mengetuk mimpiku saat pagi, menyampaikan sekian perasaan lewat bias pelangi, atau mengutuk malamku dalam kesendirian dan kerinduan akan mimpi yang belum juga mencair".

Begitu berbeda setiap kalinya, kau akan sangat merindukan baris-baris kemarau saat hujan mulai menghempas tubuhmu pada titik nadir atau jauh lebih dalam lagi. Namun hujan kerap kali memapahmu pada mimpi-mimpi indah tentang pelangi: saat para ulat menggerogotinya, dan warna warna itu terpeta pada sayap kupu-kupu pagi.

"Aku suka pelangi".

Saat terpantul pada kubangan sehabis hujan, dan bergoyang waktu kau sentuh dengan jemari: riak airnya pecah pada tepian: bening. Matamu menyipit, hujan memaksamu untuk terjaga dari mimpi yang masih beku, tak ada pelangi yang bercerita di depan jendelamu, bahkan menggantung di atas atapmu.

Pagi yang penat, saat kerinduan terpantul di kaca jendela, atau pinggirannya yang sehitam eboni. Mimpimu belum juga mencair, dan kabut mulai mencari pojok pohonan untuk menanggalkan dinginnya embun.

Kau genggam buku sakumu:

"Aku tahu, suatu saat mimpiku akan mencair. Agar aku bisa berlayar di atasnya, dan kemudian perahunya akan sampai padamu, membawa kerinduan yang amat terlalu..."

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar