Hari masih hujan waktu langit sedikit keemasan
Berlanjut sampai terbitnya bintang dalam selimut yang
tertutup
Surga dipenuhi jemari sungai yang ruah memenuhi angkasa
Jatuh ke talas dan atap rumah, dan memukul sampah yang
terkatung
Hari masih hujan waktu aku sendiri merangkai kecemasan
Dalam pengap petak dinding yang dingin
Tergeletak bangkai mimpi yang dipungut bulan setengah
Tersamar lekuk awan, kabel-kabel listrik dan toko furnitur
di ujung jalan
Hari masih hujan waktu kamu coba bertanya pada kenyataan
Ditangkap gerimis yang berderai lalu diungsikan ke langit
abu-abu
Pintu-pintu berderit tak pernah menerangkan apa-apa
Daunan dan batuan samar rupanya, seperti kenyataan dan kamu
Hari masih hujan waktu kita diam dalam kebusukan kata-kata
Semakin deras, sayang. Semakin deras, sayang. Semakin deras.
Bogor, 2 Juni 2012
Mungkin hujan tak pernah mengenal kita, pada kenyataannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar