Profil

Kamis, 14 Juni 2012

Deras

Ada yang segan bertanya, waktu hujan benar-benar ruah dari surga. Diam menikmati pucat udara yang dibentuk oleh cuaca sore hari. Menyusun rencana untuk menikmati sendiri, di balik kaca-kaca berdebu, juga parit-parit yang mengantarkan dedaunan.

Bersama jendela yang terbuka untuk dunia, ada yang diam-diam mengharap sebuah pesan datang bersama luruh gerimis. Sampai bulan benar-benar menetas dari awan yang mendung.

Ada yang mengguratkan sepi pada jendela yang berembun oleh nafas hujan. Terasa membakar belulang dan nadi. Terasa sampai ke ubun kepala lalu turun ke hati. Terbakar, terbakar bersama peluh yang berjatuhan dari langit.

Hujan adalah masa silam yang terus datang. Membawa nama-nama yang mengetuk kisi-kisi jendela. Membuka tirainya dan mencoba masuk ke dalam pikiran yang dipenuhi harapan tentang bagaimana melupakan. Paling tidak, meninggalkan.

Sekarang, masa telah berkembang menjadi percah-percah keabadian. Hujan kian bergemuruh dari jauh. Menghalangi pandangan. Menutupi kaca-kaca berdebu.


Di sana. Di antara tirai-tirai kusut yang dipasang sekenanya, ada yang bersembunyi dari separuh dunia yang masih terjaga. Diam-diam menunggu cinta yang tersangkut di antara lelah hujan yang membakar separuh hatinya. Semakin deras.


***Meditria2012
Waktu hujan belum benar-benar reda :)


2 komentar: