Profil

Senin, 13 Mei 2013

Menjumpai Kamu


Kepadamu yang tak pernah kupadamkan rindu

Menjumpai kamu seperti membaca karya-karya Afrizal Malna. Membuatku bertanya-tanya sendiri. Tentang kamu, tentang semua yang selama ini aku duga mimpi. Menjumpai kamu seperti menebak warna lembayung. Tanpa pernah tahu kapan hujan akan turun. Kamu yang tahu bagaimana diriku, bagaimana kita seharusnya berlaku. Bagaimana cinta memperlakukan kita dan bagaimana kita ada karena cinta.

Kita yang pernah merasa terbuang oleh kesedihan sendiri-sendiri. Merasa tidak akan pernah lagi ada pelangi yang datang sehabis hujan. Bagaimana mengatakannya? Ketika tahun-tahun yang lalu membuat kita harus membungkus tangis yang ada dan menyembunyikannya dalam rapat kesibukan yang kita bangun dengan sengaja.

Tapi di antara segala sesuatunya ada yang hendak memberi tahu. Bahwa sejatinya kamu tidak pernah hilang dari apa yang terlihat. Semuanya. Kamu selalu diam-diam datang mengunjungi kelebatan resah di dalam ruang-ruang hati dan berusaha menghangatkannya. Meski tidak selalu berhasil, dan tangis mulai muncul ke permukaan.

Maka saat menangis ada satu lagi rasa yang hinggap, menggerogoti separuh perjalanan tanpa dirimu. Rindu. Perasaan yang datang selalu di saat yang tidak tepat, membuatku menjadi perempuan yang hanya punya sedu dan sedan. Menyulam jemari dalam resah, dalam ruang-ruang yang terasa jauh.

Kemudian ada saatnya seorang seperti diriku menjejaki jalan setapak yang aku mau, yang aku butuhkan. Bukan yang aku takutkan untuk sekedar berbelok dan menemukanmu lagi. Kamu adalah sebuah garis lurus dan akulah yang telah berbelok selama ini. Kehilangan pagi, dan dikutuk malam-malam yang basah.

Dan setelah aku benar-benar melepaskan akar-akar yang berpilin dalam kepalaku, sekali lagi aku menjumpai kamu. Dalam kisah yang berbeda, tapi terasa serupa karena kita sama-sama membawa setengah dari rindu yang terbengkalai dalam berlama-lama waktu. Kemudian menyatukannya.

Dan hingga ini mencapai anti klimaks. Aku masih saja menduga bahwa kamu adalah separuh mimpi yang dibawa malam untuk sekedar menyelamatkan hari-hariku kemudian. Bagaimana mengatakannya? Ketika aku benar-benar bersyukur tidak membunuh dirimu dan membuangnya dalam kenangan. Ketika aku bersyukur telah membiarkanmu diam-diam memenuhi pelupuk mataku dalam perjalanan menyelesaikan malam. Ketika aku bersyukur bahwa kamu bukan hanya sekedar apa yang selama ini aku duga khayalan.

Menjumpai kamu, aku menjadi diriku dan bahagia dengan itu...


Meditria, 2013. Sambil dengerin kuliah :)

2 komentar: